Kring! Kring! Kring!
Bel sekolah telah berbunyi, tanda istirahat. Bu Monic segera menutup kelas dan pergi kembali ke ruang guru. Setelah Bu Monic keluar, kelas langsung bising, mereka keluar untuk mengisi perutnya. Berbeda dengan Luna, dia pergi ke koridor sebelah selatan (kelas XII) menuju ruang UKS untuk melihat keadaan Kiki, teman yang pertama kali ditemuinya.
"Maaf, Kak. UKS di sebelah mana, ya?" tanya Luna pada seseorang yang sedang duduk di depan kelas. Luna belum mengenal seluk beluk tata letak sekolah barunya, karena waktu MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) dia tidak bisa hadir karena sakit. Karena sebab itulah Luna sering bertanya tentang letak ruangan yang ingin dicarinya.
"Oh, kamu tinggal lurus aja dari sini. UKS ada di paling ujung koridor ini," jelasnya pada Luna dengan menunjukkan ke arah yang hampir mendekati ruang guru.
"Makasih, Kak. Permisi." Luna bergegas mencari ruangan itu sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan oleh kakak kelasnya. Setelah sampai ujung, dia segera mencari pintu yang bertuliskan UKS.
"Permisi," salamnya seraya membuka pintu UKS. Hanya ada dua orang petugas PMR dan satu orang korban yang terbaring.
"Iya. Kenapa, Dek?"
"Saya mau lihat temen saya, apa saya boleh menemaninya?" izinnya pada petugas PMR tersebut.
"Boleh. Masuk saja."
"Terima kasih, Kak." Luna segera menghampiri ranjang yang dipakai oleh Kiki. Dia mendekat dan duduk di kursi yang telah tersedia di sampingnya.
"Ki, Lo kenapa?" tanya Luna dengan wajah panik yang tak bisa disembunyikan.
"Gue gak apa-apa."
"Kalo Lo gak apa-apa kenapa bisa sampai pingsan?"
"Ya, karena gue belum sarapan mungkin," jawab Kiki diiringi dengan mengendikan bahunya.
"Terus sekarang Lo udah makan?" tanya Luna dengan sedikit lega. "Apa mau gue beliin?"
"Tadi gue udah dibeliin bubur kok sama petugas PMR di depan. Tenang aja, kali."
"Hmm, syukurlah!"
Luna banyak mengobrol dengan Kiki perihal kejadian tadi di kelas agar Kiki tak ketinggalan informasi. Tak berselang lama, bel tanda selesai istirahat berbunyi.
"Lo masih mau di sini? Atau ke kelas?"
"Gue ke kelas ajalah. Bosen lama-lama di sini," jawab Kiki sambil menurunkan kakinya dengan dibantu oleh Luna. Mereka berdua keluar dari ruang UKS dengan berjalan perlahan.
"Udah baikan, Dek?" tanya petugas PMR pada Kiki.
"Udah, Kak. Terima kasih banyak, ya, kak. Kalo gitu kami permisi dulu mau ke kelas."
"Iya, Dek. Hati-hati, ya. Jaga kesehatan."
Setelah mendapat izin dari petugas PMR, mereka berdua berjalan kembali untuk segera sampai di kelas. Tak banyak pembicaraan yang dilakukan oleh mereka. Hingga sampai di kelas pun tak ada obrolan yang keluar.
Kiki yang belum mengenal murid dalam kelas ini, mencoba untuk berkenalan sendiri mulai dari teman depan mejanya dan juga di belakangnya. Empat nama sudah dia kantongi. Cepat atau lambat, pasti Kiki bisa kenal dengan mereka semua.
****
Beberapa menit kemudian, ada kakak-kakak OSIS yang masuk. Mereka membawa tumpukan kertas yang didekapnya. Mereka menjelaskan tentang kertas-kertas yang mereka bawa yang mana itu adalah sebuah formulir.
"Jadi, kami perwakilan dari OSIS ingin mengajak adek-adek semua untuk bergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah ini. Dalam formulir ini, kalian bisa isi nama serta kelas dan juga mengisi ekskul apa yang kalian minati. Kalian bisa centang pada kotak di samping pilihan ekskul itu. Lalu, kalian tulis alasan kalian memilih ekskul tersebut di kolom yang sudah disediakan. Mengerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Rival
Teen FictionLuna, gadis manis berotak cerdas yang tidak pernah bisa mendapatkan teman yang bisa dijadikannya sebagai seorang sahabat selama 9 tahun bersekolah. Namun, di tahun ke-10, Luna baru bisa mendapatkan seorang sahabat. Hari-harinya di sekolah pun beran...