Chapter 8

1.3K 191 493
                                    

🎶 Jooyoung - Here We Are 🎶

Selanjutnya adalah tawa halus yang menguar dari bibir Sehun. Binar elangnya memancarkan banyak makna. Dan kepalanya menciptakan banyak rencana apabila benar Luhan adalah Terra, wanita malamnya.

Detik berikutnya matanya menajam. Mengepalkan tangan begitu kuat, menghembuskan nafas berat yang terasa sangat kasar.

Bangkit dari ranjang lalu mengambil ponsel menghubungi anak buahnya.

“Cari madam Choi dan seret dia ke tempat biasa..!”. Perintahnya mutlak, mengusap tengkuknya guna mengusir pening karena terkejut mendapatkan fakta.

Mematikan sambungan sepihak lalu melempar ponsel ke sofa yang berada di samping. Langkahnya kembali ia urai untuk mendekati wanita yang busananya telah ia kuak setengah.

Jemarinya menyisir pelan pahatan wajah Luhan. Mengagumi setiap lekuk keindahan yang hingga sampai saat ini selalu ia kagumi. Kecantikan yang sempat membuatnya depresi ketika mereka dipaksa dipisahkan oleh orang-orang tak berhati.

“Aku tidak tahu apa yang telah kau lalui hingga terpaksa menjual diri karena ruang gerakku dibatasi kala itu..”. Mengecup hangat kening Luhan, menyapukan berjuta penyesalan.

“Tapi aku bersumpah akan membalas semua orang yang berperan dalam skenario penderitaan yang kau tanggung selama ini. Aku bersumpah, sayang..”.

“Tunggu aku sebentar lagi..”. Ujung hidungnya menyusur di belah dada Luhan, membauinya dengan pekat, menghirup aroma tubuh Luhan guna mencari ketenangan.

“Sambut aku dengan pelukan..!”. Lirihnya dengan nada berat.

“Tolong, jangan mencintai lelaki lain. Karena aku pun melakukan hal serupa. Aku tidak memberikan hatiku kepada siapapun. Kau masih menjadi pemilik mutlak..”. Sapuan bibirnya berhenti di perut rata Luhan, lalu membenamkan wajah disana. Mengeratkan rengkuh lengan kokohnya pada pinggang yang dulu selalu ia jamah.

“Tapi, tidakkah kau berpikir jika semesta memang menggariskan jalan hidup kita selalu bersama..?”. Mengangkat wajah dan sunggingan senyum miringnya mulai menyingsing.

“Terra..? Hahaha..”. Dan tawa kerasnya menguar begitu jantan memenuhi setiap ruas ruangan.

“Meski mungkin pekerjaan gelapmu membuatmu tidak nyaman, tapi aku sangat bersyukur. Bersyukur karena selama ini wanita yang memenuhi hasratku adalah wanita yang ku cintai..”.

“Pantas saja, aku selalu merasa hidup kembali setelah keluar dari rumah pelacuran itu..”.

“Hari ini semesta memberi jawabannya. Kau membagi kekuatanmu padaku melalui penyatuan tubuh kita..”.

Netra elangnya memandang seksama wajah terlelap Luhan. Menjatuhkan belah bibir basahnya tepat pada belah merah delima milik Luhan yang basah.

“Sempurna. Kau tampak sangat sempurna bila bersanding denganku. Hanya denganku..”. Kekehan kecil menguar.

“Karenanya aku akan melakukan apapun untuk membuatmu tetap terikat, seperti aku yang sanggup melakukan apapun untuk menjerat para keparat itu..!”. Dan setiap mengingat perceraiannya dengan Luhan, ekor matanya berubah setajam ujung pedang.

Ia sangat benci mengingat itu. Ia benci dipisahkan dengan wanita tercinta.

“Saat ini aku hanya akan mengikuti skenario yang kau cipta, jika kau menerimaku kembali dengan tangan terbuka, maka aku akan meraihmu dengan cara terbaik..”.

“Tapi jika kau tetap keras kepala dengan berpura-pura menganggapku tidak ada, maka terpaksa aku akan mengikatmu selamanya menjadi Terra..”. Tukasnya dengan kepastian yang membara.

Soleluna-PDF (HunHan GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang