Happy Reading ❤
_Marila dan Riposha_
"Marila. Dan. Riposha."
Hanya 3 kata itu yang dapat Stella lontarkan saat ini. Selebihnya air mata Stella tak berhenti mengalir dengan lubuk hati yang tak berhenti mengucapkan syukur. Bukannya lebay, tapi ini moment yang mengharukan.
Takjub melihat anaknya yang sudah menderita kelainan fisik selama 7 tahun, kini berubah menjadi normal. Stella nyaris saja berlutut.
Dulu itu Marposha tubuhnya menempel. Sekarang telah terpisahkan menjadi Marila dan Riposha. Mereka bebas. Benar-benar sudah bebas dari kelainan fisik itu.
"Mama!" panggil kedua anak manis yang masih terbaring di kamar rumah sakit itu. Oh, tak lupa juga dengan sebuah senyuman bagai matahari.
"Samperin. Aku tunggu di luar," ucap Herry yang ingin memberi privasi kepada Stella dan anaknya.
Stella pun mengangguk. Tanpa berlama lagi, ia segera menghampiri serta memeluk Marila dan Riposha secara bergantian.
"Aw." Riposha meringis kesakitan, karena bekas operasi hatinya tidak sengaja tertindih Stella.
"Maafin Mama." Stella segera melepas pelukan dan Riposha menggeleng tanda tidak apa. "Sasha anak yang hebat."
"Tentu," jawab bocah yang sudah genap berusia 7 tahun itu dengan bangga. Selang beberapa detik, raut wajahnya langsung menjadi murung.
"Kenapa Nak?"
"Rila tau apa yang Sasha pikirkan."
Stella spontan menoleh ke arah Marila yang terbaring di kasur yang satu lagi.
"Sasha pasti belum terbiasa pisah sama Rila, karena Rila juga sama. Biasanya Sasha tidur di sebelah Rila, Sasha berdiri di belakang Rila. Sasha selalu kemana aja sama Rila. Sekarang ... rasanya benar-benar kosong. Samping Rila, nggak ada siapa-siapa lagi," jelas Marila bertekuk wajah.
"Betul. Sasha jadi sedih," tambah Riposha membuat Stella kini mengerti apa yang terjadi.
Bayangkan seseorang yang selalu menempel denganmu di setiap jam, menit dan detik, kini sudah tiada. Apakah kamu akan terbiasa?
Stella menghela napas. Ia berharap cobaan hidup untuk anaknya segera berakhir. "Lama-lama kalian akan terbiasa, Nak. Sekarang tubuh kalian udah terpisah, kalian nggak perlu ribut kalau mau kemanapun, kalian juga nggak akan ditertawain lagi, kalian bisa bebas lakukan hal yang kalian pengen. Bukannya itu enak?"
"Sasha takut." Dari nada Riposha yang bergetar, Stella paham apa yang dirasakan oleh kedua anaknya. Seperti kehilangan bayangan, nyali mereka juga kehilangan setengah.
"Kalau Sasha emang penakut, tapi Rila enggak. Rila enggak takut. Ri-Rila hanya ke-kesepian," gumam Marila kecil sambil mengigit bawah bibir.
Sejak dulu, Stella pikir setelah si kembar siam dipisahkan, masalah selesai. Mereka akan hidup bahagia dan bebas, tapi nyatanya enggak. Mereka merasa takut dan kesepian.
"Kalian jangan takut dan merasa kesepian, karena bakalan ada om Herry yang bergabung dengan kita." Sudah saatnya, Stella memberitahu kepada mereka. Stella mengambil napas yang dalam. Ia tidak ingin anaknya harus memikul masalah orang tua, jadi sebisa mungkin ia memperhalus kata-katanya. "Om Herry itu baik. Dia beri hatinya untuk Riposha."
"Benarkah?" tanya Riposha berbinar.
Stella mengangguk. Ia menyentuh pelan dada Riposha. "Hati ini berdetak, karena om Herry. Kalian harus terima kasih kepadanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marila dan Riposha
General FictionSekuel dari Sebatas Kekangan. [Biar nyambung, baca Sebatas Kekangan dahulu] Ini tentang si kembar siam: Marila dan Riposha. Anak dari Denish Alexander Putra dan Stella Andriani. Si kembar siam ini unik. Mereka tidak bisa dibelah. Kulit pinggang mere...