"Pulang jam berapa?"
Pertanyaan itu dilontarkan olehnya tanpa sedikitpun menoleh kepadaku.
"Jam empat. Mau jemput?"
Atas pertanyaanku itu ia pun menoleh. Menatapku sembari nampak menimbang-nimbang jawaban apa yang harus ia berikan.
"Gak janji. Hari ini aku lumayan sibuk."
Oh.
Sibuk.Benar juga, ia memang selalu sibuk.
Aku mengangguk. Sebenarnya tidak masalah jika aku tidak dijemput, yang terpenting adalah hari ini aku telah menghabiskan waktu dengannya walau hanya sebentar.
Akhir-akhir ini dia memang tengah sibuk bekerja. Aku sedikit merindukan dia.
"Kalau gitu aku masuk dulu ya." Pamitku sejenak menatap profil samping wajahnya.
Hm..
Andai saja waktu yang kita habiskan bisa lebih lama dari ini.Tapi tidak apa-apa. Lagipula masih ada hari esok.
Berniat berjalan masuk ke gerbang, langkahku segera terhenti tatkala sebuah tangan yang dingin menggenggam lenganku membuatku tertahan pada posisi yang sama.
Genggaman itu erat namun tetap terasa lembut disaat yang bersamaan.
Aku melayangkan pandanganku padanya kemudian tersenyum ketika ku dapati ia melakukan hal yang sama.
"Helm."
Oh.
Helm.
Hm sejujurnya aku merasa sedikit kecewa dengan itu. Ku pikir dia menghentikanku karena ingin mengatakan sesuatu atau melakukan sesuatu yang manis.
Ku lepaskan helm yang melekat di kepalaku kemudian memberikannya pada pacarku itu.
Rambutku yang tergerai kini nampak dengan jelas. Aku pun merapihkan rambutku kemudian tersenyum tipis padanya.
"Cantik." Ucapnya tiba-tiba.
Aku sedikit terkejut namun tetap tersipu malu ketika mendengar perkataan itu. Jarang-jarang ia memujiku. Tampaknya hari ini adalah hari dimana hatinya sedikit melembut untukku.
Namun bukan Karina namanya kalau tidak membuatku merasakan berbagai hal dalam waktu yang bersamaan. Karena benar setelah ia mengatakan hal yang membuatku terbang, ia kembali melakukan hal yang sebaliknya.
Tanpa menunggu balasan dariku, ia segera tancap gas. Meninggalkanku terdiam disana dengan senyum yang setengah mengembang.
Aku baru saja berencana memberikannya senyuman termanis namun sikapnya yang kadang suka seenaknya membuatku tak bisa meneruskan lengkungan yang dulu ia puji manis.
Bicara soal dulu.
Kalau di ingat-ingat dulu Karina akan menungguku masuk ke dalam gerbang sebelum akhirnya pergi dengan motornya.
Namun seiring berjalannya waktu ia berubah. Ia memang masih orang yang sama namun caranya memperlakukan aku jelas berubah.
Bukan berarti dia bersikap buruk padaku.
Karina baik.
Dia selalu menjadi yang terbaik di mataku.Tetapi terkadang sikap dingin dan membingungkannya datang tiba-tiba—diriku selalu tidak siap untuk menghadapinya.
Atas sikapnya itu belakangan ini membuatku mulai bertanya-tanya.
Pertanyaan yang sebenarnya cukup menganggu dan membuat hatiku resah.
Pertanyaan yang aku harap tidak terjawab dengan sesuatu yang menyedihkan.
Karena benar saja, pertanyaan yang sering muncul di kepalaku belakangan ini adalah..
Apakah aku ingin terus bersamanya?
Aku harap sesulit apapun berkomunikasi dengannya saat ini; Tidak—bukanlah sebuah jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lover [Completed]
Fanfiction"Pertanyaannya kayak basa-basi orang lagi PDKT ya." Pelan Winter sedikit menggoda Karina. "Aku memang sedang PDKT." "Huh?" "Pada dirimu ku terpesona."