4 | warung pecel dan perihal pulang (lagi)

91 26 11
                                    

setelah pertemuan sore itu, hari-hariku berjalan seperti biasanya.

yang berubah hanya jam tibaku di kosan. kalau dulu jam 4 sore aku sudah bisa bertemu kasur, sekarang jam segitu aku masih ada di ruangan kampus untuk membahas atau menyebarkan proposal.

"mau apa?"

"pecel ayam satu, minta dada terus nasinya nasi uduk." jawabku, "sama sambelnya yang banyak!"

nabila mengacungkan jempolnya, "oke putri raja."

malam ini, aku dan nabila makan malam di salah satu warung pecel langganan kami. tadinya hanya nabila yang mau keluar, karena ia harus pergi ke kampus untuk rapat himpunan. tapi karena aku lapar, jadi aku ikut untuk makan.

"gue pesenin teh manis anget tadi."

aku tersenyum senang, "yeay makasih!"

aku dan nabila mengobrol sambil menunggu makanan kami datang. di tengah obrolan, tiba-tiba namaku di panggil dari belakang. saat menengok, mataku membulat sempurna melihat siapa yang datang dengan jaket jeans birunya.

"lah yang gue panggil satu yang nengok dua," ujar calvin sambil duduk di sebelahku. ia kemudian menyapa tukang jualan di tenda ini dengan senyuman, "cuy, biasa satu ya."

"siap bos!"

"kok lo di sini?" tanyaku bingung.

calvin balik menatapku dengan bingung, "ya mau makan. lo dengerkan tadi gue mesen?"

aku memutar mata, sedangkan nabila, ia menyenggol tanganku karena kelihatannya ia yang paling bingung di sini.

"oh, nab, ini calvin temen sma gue. cal, ini nabila temen gue sama donna," mereka berdua hanya mengangguk setelahnya.

tak lama, makanan kami bertiga datang. aku mengernyit karena banyak orang yang datang lebih dulu dari calvin tapi pesanannya belum keluar, "kok lo curang sih udah dateng?" kataku.

calvin tersenyum puas, "keren kan? ini gunanya orang dalem."

aku hanya mendecih sebelum akhirnya kami bertiga makan dalam diam.

sekitar lima belas menit kemudian, piring kami sudah bertumpuk menjadi satu. sambil menunggu makanan tercerna, aku meniupi teh manis hangat yang tadi dipesan karena datangnya malah panas.

"masih panas?" tanya nabila. aku mengangguk, "padahal tadi gue pesennya anget."

tiba-tiba, gelasku di tarik ke arah kanan. belum sempat bertanya, aku mengernyit saat calvin memasukkan beberapa es dari gelasnya ke gelas milikku. ia kemudian mengembalikkannya ke depanku dalam diam dan malah berdecak, "cuy, nih lo kebiasaan orang pesennya anget dikasih panas."

orang yang sibuk menggoreng ayam itu tertawa, "ya gimana boss, orderan banyak."

aku ikut tertawa sambil menggumamkan terima kasih ke calvin yang hanya dibalas dengan anggukan kecil.

"gue harus ke kampus sekarang nih." kata nabila tiba-tiba, "udah beres kan? ayo lo gue anter pulang dulu baru gue ke kampus."

"gausah, nab. lo ke kampus aja, gue minum aja belom, nih," balasku sambil mengangkat gelas yang masih penuh.

"nanti lo balik gimana?"

"ada gojek, gampang," jawabku.

nabila terlihat ragu sesaat. matanya kemudian beralih ke calvin yang masih diam menatap ponselnya, "lo anterin temen gue ya," katanya tiba-tiba sambil menepuk pundak calvin.

yang ditepuk menoleh, menatap kami berdua bergantian, kemudian mengangguk, "oke."

"nah bagus." nabila tersenyum puas, "gue cabut ya!"

lalu setelahnya hanya ada aku dan calvin.



"gausah cal, gue bisa naik gojek, kok."

"mobil gue parkirnya agak jauh. lo mau nunggu sini atau ikut kesana?" tanya calvin mengabaikan ucapanku.

aku berdecak, "cal gue bisa sendiri, sumpah."

"pertanyaan gue cuma lo mau nunggu di sini atau ikut kesana?" aku mengerjap beberapa kali. lama menunggu jawaban, calvin berdecak, "tunggu sini berarti. gue ambil mobil dulu."

"c- cal, gausah gue ikut kesana aja."

"nah gitu dong." katanya, "ayo keburu ujannya makin gede."

aku menghela nafas panjang dan mengikuti calvin keluar dari tenda pecel ini. sambil berusaha menutupi kepala, rintik hujan yang semakin deras jatuh membasahi baju dan celanaku. setelah jalan beberapa meter, aku kemudian sampai di mobil klasik warna hitam milik calvin.

aku dan calvin sama-sama sibuk mengeringkan diri menggunakan tissue begitu kami di dalam mobil. setelah dirasa cukup, aku menoleh ke calvin yang malah mendengus pelan.

"k- kenapa?" tanyaku.

calvin menggeleng dan melepas jaket yang ia gunakan lalu memberikannya padaku, "pake."

"g- gausah, cal." tolakku halus, "baju gue gak basah banget kok."

"iya tapi baju lo warna putih." katanya sambil mulai menyalakan mobil, "dan lo abis keujanan."

sadar apa yang dimaksud, aku buru-buru menyampirkan jaket milik calvin di bahuku. setelah berterima kasih, calvin berdecak dan mulai menjalankan mobilnya meninggalkan parkiran.

"lain kali kalo udah mendung jangan pake baju putih."

"ini kan udah jam tujuh." belaku, "gue mana tau gelapnya karna mendung atau karna emang udah malem."

calvin menghela nafas panjang, "dari kemarin ye, tinggal bilang iya, cal, aja apa susahnya sih?!???"

aku mengernyit, "kok marah?"

"gak marah???"

"kesel?"

"dikit."

aku terkekeh, "gajelas lo."

lelaki di kursi kemudi itu mendengus keras, sedangkan aku berusaha menahan senyum yang terus melebar di wajahku.


a/n:
agak kepanjangan tapi... okelah hehe

moving on from someone you've never dated | changbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang