"Kelebihan dicari semata untuk menutup kekurangan, namun kekurangan tidak akan pernah bisa menutup kelebihan"
Lebih dan kurang. Dua kata berantonim tersebut selalu ada di dunia nyata ini. Terkadang dua kata itu saling membayangi dan bersaing. Membuat seseorang merasa insecure atau justru menjadi confidence. Dan faktanya semua manusia mempunya dua hal tersebut dalam dirinya, yaitu kekurangan sekaligus kelebihan.
Sebuah jargon terkenal menyatakan tak ada manusia yang sempurna. Karena kesempurnaan hanyalah milik sang Pencipta. Sama sekali tak salah. Nyatanya tak ada satupun makhluk di muka bumi ini yang bernama manusia ini sempurna. Tak ada gading yang tak retak. tak ada tulisan yang tak typo. Selalu ada sisi kurang di balik sisi lebih. Pun selalu ada kelebihan dibalik kekurangan.
Maka jika kita memahami konsep ini, tak akan pernah kita berpikir untuk bisa menemukan jodoh yang sempurna. Tak akan bisa kita membuat kriteria calon suami atau istri yang sempurna. Memiliki semua dari empat syarat dalam menentukan jodoh. Cakep, tajir, anak sultan dan agamanya luar biasa. Sekalipun ada seseorang yang memiliki empat kriteria itu menjadi satu, namun tetap saja ada sisi kurangnya ia sebagai manusia. Hanya saja mungkin orang luar yang melihat tak ada yang tahu. Mungkin hanya pihak keluarganya saja yang bisa mengetahui sekaligus memahami kekurangan yang dimiliki.
Menitikberatkan sebuah kelebihan, terkadang menjadi motif kita memilih pasangan hidup. Tak apa tidak kaya raya, asal setia. Wajah pas-pasan tak masalah asal sayang sama keluarga. Anak orang biasa saja tak jadi soal asal tanggungjawab dan kerja keras. Sebuah keinginan dari hati yang sah-sah saja dalam menentukan kriteria pasangan hidup. Tapi tentu saja agama pun mempunyai kriteria baku, bahwa agama menjadi landasan dalam memilih.
Karena sejatinya memang manusia di dunia ini memiliki keanekaragaman sifat, karakter, gaya dan kebiasaan. Maka hanya satu titik baku yang seharusnya mampu menjadi penyatu dua anak manusia bisa hidup bersama hinga belasan bahkan puluhan tahun, di bawah mahligai bernama rumah tangga. Yaitu ketaqwaan. Dengan modal taqwa inilah dua orang berbeda karakter, sifat dan pembawaan bisa rukun bersatu dan bahagia. Bisa memahami kekurangan dan mencintai kelebihan. Bisa mengisi yang terasa minus menjadi sebuah anugerah maksimal tiada tara. Keridhoan Ilahi yang mereka cari. Bukan sekedar cinta, saling bucin atau cuma sekedar menyalurkan kebutuhan biologis.
"Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian adalah yang paling bertaqwa" (Quran Surah Al Hujurat : 13)
Maka mutlak mencari seorang pendamping yang mendapat gelar mulia di mata sang Rabb. Pendamping hidup yang mampu memuliakan dirinya dengan agamanya, memuliakan istri dan keluarganya dengan cinta dan sayang, dan membawa seluruh anak turunnya sebagai hamba yang mulia di hadapanNya. Yaitu hamba yang bertaqwa.
"Wah rumah sakit ini tambah bagus nih" seru Aisyah kala mereka bertiga sudah melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah sakit milik Ammar. Seperti janjinya pada Izzan, Aisyah menemani Kanaya dan kembar kontrol ke rumah sakit keluarga mereka. Tentu saja Taqi ikut mengantar mereka.
"Iya, kak Ammar banyak melakukan renovasi di sana sini. Ya tentu saja demi kenyamanan pasien" sahut Kanaya sambil terus mendorong kereta bayi si kembar.
"Hmm, mana ada orang sakit merasa nyaman mbak Nay. Rumah sakit tetaplah tempatnya orang sakit. Iya kan mas? " Aisyah malah meminta kesepakatan dari Taqi, sambil terus mengedarkan ke sekeliling tempat papa dan kedua kakaknya bekerja sebagai dokter.
Taqi mengangguk setuju
Benar juga sih. Sebagus-bagusnya kamar yang ditempati, selengkap-lengkapnya fasilitas yang disediakan bak hotel bintang lima, tetap saja lebih enak sehat daripada sakit."Benar itu sayang. Dua kenikmatan yang seringkali menipu manusia, yaitu kesehatan dan waktu luang. Kita baru bisa merasakan betapa mahal dan berharganya sehat kala kita sakit" jawab Taqi sambil menyitir hadist riwayat Muslim dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story in Hospital 5 (Always Forever in Love)
EspiritualMenemukan pelabuhan hati di kehidupan dunia tentu saja harapan tiap insan. Bertemu dengan orang yang tepat dan di waktu yang tepat. Itu inginnya. Tanpa melebihkan pun mengurangkan tentang hakikat takdir. Asa yang selalu dilangitkan terjawab ijabah...