Tiiin
Tiiin
Braak
"Kak.."
"Kakakk"
Dengan tenanga yang masih tersisa Haechan mencoba bergerak dari tempatnya tergeletak, wajahnya basah akan darahnya sendiri. Meringis, Haechan bergerak dengan tertatih kearah sang Kakak yang tak sadarkan diri.
"Kakakkk"
Ucapnya lirih, hampir menangis ketika melihat sang ayah yang berada di kursi kemudi sama keaadannya dengan sang kakak.
Crieet
Haechan memejamkan matanya manakala merasakan mobil yang mereka tumpangi bergerak.
"Ituuu pak mobilnya"
"Ya ampun saya rasa orang didalemnya gak akan selamat"
Suara suara itu bisa Haechan denger, dengan sekuat tenanga juga Haechan mulai membuka mulutnya.
"To.."
"Tolooong"
Haechan memejamkan matanya ketika merasakan wajahnya sakit hanya sekedar berteriak meminta tolong saja.
"Pak, ada suara pak"
"Iya, masih ada yang selamat"
"Tapi mobilnya udah mau masuk kejurang begitu, kita gak ada alat buat narik mobilnya"
Salah satu dari bapak-bapak itu mengangguk.
"Kita harus keluarin orang didalem sana satu persatu"
"Shhh"
Haechan menoleh ketika suara tersebut berasal dari kakaknya. "Kakak"
Yang dipanggil kakak sama sekali tak menjawab, ia masih memejamkan matanya.
"Dek sakit"
"Hiks, iya kak hiks adek juga"
Pintu mobil kemudi yang pertama kali dibuka oleh bapak-bapak tersebut, mengeluarkan ayah mereka yang entah masih bernyawa atau tidak.
"Dek, kamu duluan.. kakak belakangan aja"
Haechan menggeleng kuat, "gak mau, kakak aja aku yang belakangan"
"Gak dek, kamu aja"
Krak
Pintu mobil disisi Haechan terbuka, menarik paksa dirinya dari dalam mobil dan bertepatan dengan itu pula mobil tersebut jatuh kedalam jurang bersama dengan sang kakak yang masih berada didalamnya.
Haechan tak bisa banyak berkata, ingin berteriak pun rasanya susah sekali, Haechan hanya menatap kosong kearah jurang tempat mereka terjatuh, bertepatan dengan suara debuman mobil yang menghantam akar pohon atau dasar jurang detik itu juga Haechan tak sadarkan diri.
"Hah.. hah.. hah.."
Haechan terbangun dari tidurnya dengan keadaan yang basah karena keringat, mengatur nafasnya Haechan meneteskan air mata dengan deras.
Mimpi itu lagi.
"Kakak... Ayah...", Gumamnya lirih, Haechan memeluk lututnya sambil menangis tak ada suara, duduk di sudut kasur ditemani derasnya hujan. Tak ada guntur maupun petir yang bersahutan namun hujan malam ini begitu deras seolah-olah akan mendatangkan badai tak lama lagi.
• •
"Duuh matanya sembeb"
Pagi-pagi sekali Haechan sudah bangun dengan keadaan yang menurutnya sangat menyeramkan, mata sembabnya seperti disengat tawon.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] 𝑪𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝑻𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑲𝒊𝒕𝒂 || Renhyuck | Markhyuck
Hayran KurguMenceritakan bagaimana seorang Haechan menjalani kehidupannya setelah kehilangan sosok Kakak juga Ayahnya. Bagaimana cara dia menatap dunia dan bagaimana ia terus berjalan walau jalan yang ia lalui tak ada penyangga. ..... Start: 3 Feb 21 Finish: 1...