Tadi pagi aku ke sekolah bersama Bumi dan saat ini aku sedang menunggu Bumi di halte depan sekolahku untuk segera pulang. Hari ini Bumi bolos sekolah hanya untuk tawuran bersama sekolah lain yang melawan Chicago. Aku tau Bumi melakukan kesalahan karena bolos sekolah tapi aku tidak akan menegurnya atau memarahinya. Sejak awal aku pacaran dengan Bumi, aku sudah mengatakan padanya kalau aku tidak akan melarangnya atu menghalanginya untuk melakukan hal yang membuatnya senang. Aku mempersilahkannya melakukan segala hal yang sejak dulu sudah ia lakukan. Bumi pun sama sepertiku, ia tidak melarangku atau menuntutku untuk melakukan hal yang ia inginkan. Hanya saja terkadang, ia mengajakku untuk melakukan hal yang menurutnya menyenangkan dan itu tidak pernah aku lakukan sebelumnya.
"Lan..."
Aku menoleh ke sumber suara yang ternyata Milan. Aku menganggukkan kepalaku setelah ia duduk di sampingku.
"Belum pulang?" Tanyanya basa-basi.
"Lagi nunggu Kibum."
"Emangnya dia dimana?"
"Di jalan."
"Loh? Dia nggak sekolah?"
"Nggak."
"Bolos?"
Tin! Tin! Tin!
Aku berdiri dari dudukku. Aku pamitan pada Milan untuk pulang lebih dulu. Aku menghampiri Bumi dan Bumi memberiku helm yang sebelumnya ia belikan untukku. Setelah memakai helm, aku naik ke atas motornya.
"Duluan, Lan." Pamitku.
"Iya, hati-hati." Balasnya.
Bumi hanya diam, tidak merespon apapun.
Cuaca sudah mendung dan angin sudah cukup terasa dingin. Aku memasukkan kedua tanganku ke dalam saku jaketnya. Terlihat aku memeluknya. Bumi sedikit terkejut dengan perlakuanku. Ia hanya melirik sebentar pada tanganku, setelahnya ia kembali fokus pada jalanan.
"Lama ya nunggunya?"
Aku menggeleng, "Nggak kok."
"Mau nonton nggak?"
"Nggak ah. Jalan aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinggal Kenangan
Teen FictionIni kisahku di 10tahun lalu, semasa aku masih menjadi remaja labil. Tentang cinta pertama yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Sebelum mengenalmu--- Aku pernah patah hati, tetapi tidak pernah sesakit karenamu. Aku pernah bahagia, tetapi aku ing...