KITA DAN SEBUAH JALAN

8 1 0
                                    


Entah dari mana aku mengawali sebuah kisah ini, dan entah kapan bahkan bagaimana aku bisa terjerembak dan larut dalam setiap kalimat-kalimat yang tertulis, ter ukirkan dalam sebuah lembaran kisah dan sebuah jalan. Kita tak pernah menduga akan semua hal ini. Pada awalnya mungkin kita berangkat dari 2 titik yang berbeda dan kita punyua tujuan masing-masing atas perjalanan yang kita mulai. Entah tak sengaja atau memang tuhan telah menakdirkan demikian. Kita di pertemukan tengah-tengah perjalanan kita, dan dalam sebuah kondisi sekedar menepi untuk merehatkan hati yang mungkin telah lelah, letih bercampur perih dan perasaan sedih.

Waktu itu kita hanya saling bertegur sapa tanpa ada maksud dan makna yang tersuratkan atau bahkan hanya sekedar tersirat dalam percakapan kita. Engkau yang pada awalnya hanya berdiri canggung di hadapanku saat itu. Perlahan mulai membuka percakapan atas apa yang sama-sama kita rasakan saat itu. Kita hanya saling mengunkapkan tanpa bisa saling merasakan. Karna sejatinya kita hanyalah dua orang yang sedang menepi untuk mengistirahatkan hati. Bukan orang yang sedang mencari pengganti. Dan waktu itu kita bertukar pandangan tentang makna, tentang kehidupan,tentang keadaan, dan juga tentang pandangan kita masing-masing dalam untuk terus melaju kedepan walaupun hanya sebuah langkah yang perlahan demi perlahan.

Dan entah mengapa. Kita mencoba sebuah perjalanan yang lain dan mencari jawaban atas apa yang tak sempat kita utarakan. Ataukah memang tak mampu lagi untuk kita utarakan waktu itu. Kita mencari sebuah penyegaran atas hati yang layu. Kita mencoba mencari sebuah obat penyembuh atas hati yang terluka dan telah rapuh. Dan pada saat itupun kita masih memikirkan tujuan kita masing-masing dan tak sedikitpun terbesit dalam angan untuk merubah tujuan kita menjadi satu atau bahkan untuk melaju bersama. Kita adalah dua orang yang sedang beriringan namun menghadap pada tujuan kita masing-masing. Namun kita sangat menikmati waktu yang lalu kian berlalu yang terbalut begitu hangat di dalam peristirahatan kita. Meski kita bergandengan tangan, saling memberikan bahu untuk sekedar menghilangkan penat yang masih sama-sama kita rasakan.

Tanpa terasa kita sudah terlalu jauh dan terlalu lama untuk sekedar beristirahat dan mencari sebuah penyegaran. Dan entah apa yang telah tuhan berikan dan tunjukkan kepadaku dalam setiap malam sebelum bulan dan suara angin yang membelai dedaunan melelapkanku. Sesekali angan dan fikiranku terisi oleh sebuah lamunan yang menggoda pengharapan. Kenapa kita tak mencoba untuk melakukan sebuah perjalanan pada sebuah tujuan bersama. Tapi hati selalu berkata untuk tak mencoba karna mungkin hanya aku yang berfikiran seperti itu. "hmmm" apakah memang benar begitu. Apakah engkau juga merasakannya. Apakah engkau juga berfikir demikian. Bagaimana kalau memang benar hanya aku yang berfikiran seperti itu. Dan lagi-lagi tanpa di undang perasaan luka itu datang kembali hanya untuk sekedar memberiku peringatan. Bahwa aku belum siap untuk sebuah perjalanan yang baru bersama orang yang baru di dalam hati.

Dan pada akhirnya kita tetap melanjutkan perjalanan kita masing-masing. Meski begitu sesekali kita berjumpa di suatu titik yang sebenarnya membuatku semakin bertanya-bertanya. Apa makna jumpa kita kali ini, atau jumpa-jumpa kita selanjutnya. Jika hanya untuk beristirahat, kenapa begitu banyak jumpa yang kita lakukan. Jika untuk merencanakan sebuah tujuan bersama, kenapa engkau tak pernah memulai untuk mengungkapkan. Antara logika dan hatiku itu terus berperang saling mendorong dan menarik diriku yang kian terjebak dalam kebingungan. Dan aku selalu mengamati setiap kata dan tawamu, dan dari itu tak kutemui jika kau ingin merubah haluanmu dan menjadikannya satu. Satu tujuan untuk kita capai bersama. Memang masih kita masih sangat muda waktu itu. Tapi apa salahnya untuk kita mencobanya, kan kita tak akan pernah tau untuk mencobanya. Tapi kita masih sama-sama terhantui oleh luka dari masa lama.

Detik demi detik, hari demi hari, minggu demi minggu berlalu, dan tak terasa waktu sangatlah cepat melalui kita. Dan hampir dua tahun waktu melalu kita, ataukah kita yang sengaja melalui waktu itu hanya untuk sekedar mengobati rasa pilu. Dan aku mulai lupa akan apa yang seharusnya menjadi tujuanku dan harus aku capai dulu. Aku mulai melupakan hal itu. Tapi entah mengapa aku masih mempunyai keyakinan untuk mengubah haluanku untuk membuka jalan baru bersama dirimu waktu itu. Dan aku terus memikirkan bagaimana cara membuka pembicaraan tentang itu kepadamu. Sesekali aku memberikan umpan dalam pembicaraan kita melalui kata-kata yang mungkin engkau sadari atau bahkan kau hanya mengira itu sebuah bualan atau candaan semata. Dan luka lama itu datang kembali menghampiri.

Dan pada akhirnya aku memberanikan diriku untuk bertanya tentang apa yang kita jalani ini. Dan ketika kau menjawab semua yang aku pertanyakan dalam lamunan malam-malamku. Luka yang mulai tertutup itu, seketika terbuka sangat lebar hingga aku tak mampu membendung perih yang begitu pedih. Aneh memang, mengapa aku bisa merasa sesakit itu ketika kau menjawab bahwa kata kita bukanlah hal yang aku bayangkan indah. Dan aku mulai bertanya-tanya kembali kepada diriku. Apakah mulai tumbuh rasa yang lebih dalam dan lebih jauh dari apa yang engkau rasakan. Jika memang begitu, mengapa hanya aku yang merasakannya. Kenapa engkau tidak, dan seolah-olah aku terjebak atas apa yang ingin aku hindari. Dan ketika aku mulai memikirkan kenapa bisa sampai seperti ini, hati kecilku mulai berbisik. Tak mungkin jika hanya aku yang merasakan hal itu, pasti engkau pun juga merasakannya. Namun engkau tak ingin sampai mengusik perjalanan yang seharusnya tetap berjalan meski kita sering berhenti untuk sekedar beristirahat.

Namun ketika aku mencoba untuk menerima semua itu. Semakin besar pula rasa yang kian tumbuh dan bermekaran. Ibaratkan seperti tanah yang dahulunya kering dan tandus, berubah menjadi sebuah taman yang penuh akan bunga. Tanpa tau apakah bunga itu akan terus tumbuh di taman itu, ataukah hanya sekedar pengisi sementara waktu. Aku menikmati semua itu meski pun ada rasa takut di dalam anganku.

Dan waktu terus berjalan, dan kita masih saling menyempatkan bertemu di sela-sela langkah kita untuk melaju. Ada yang tak sempat tersampaikan oleh rasa, ketika kita berdua. Banyak hal yang aku ingat saat kita menepi untuk tertawa, bertukar ceria, membagi duka, tapi tak tersampaikan oleh cinta. Dan aku menyadari apa yang telah terjadi ini semua adalah sebuah kesalahan yang tetap aku nikmati adanya. Karna aku mulai takut. Sangat takut, jika ternyata kau sudah menemukan penggantinya dan ternyata itu bukan aku.  

KITA DAN SEBUAH JALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang