Ambyar, melebur, menyublim, digidaw aweuk aweuk — Azahra Mada.
————————
"Mada, berhenti! Nanti lo jatuh, he!" Nina tak hentinya berseru sembari mengejar Mada.
Mada pun terus berlari dengan senyum di bibirnya. "Ayo, katanya mau nangkap gue! Kejar kalo bisa!" kata Mada, menoleh ke belakang pada Nina.
Nina berdecak, susah sekali memberi tahu Mada. Gadis itu kembali berseru, "Mada, tapi itu tali sepatu lo...."
Bukk....
"… lepas," lanjut Nina menggumam, membelalak melihat Mada yang baru saja terjatuh. Ia bergegas mendekat pada Mada. Nina hendak mengulurkan tangan membantu, namun tiba-tiba seorang pemuda sudah berjongkok di depan Mada, membuat Nina serta Mada tersentak karena kehadiran pemuda itu.
Mada langsung berdiri. "Lo … ngapain?" tanya Mada, menunduk melihat pemuda bernama Zidan itu.
"Mau nolongin lo. Tapi ternyata masih bisa berdiri sendiri," kata Zidan tenang, masih berjongkok di depan Mada.
Mendengar ucapan Zidan membuat Mada agak sewot dan berkata tanpa menatap Zidan, "Ya bisalah! Gue cuma jatuh karena kesandung, bukan ketabrak mobil yang mungkin bakal bikin kaki gue lumpuh." Gadis itu menunduk. "Eh?" Mada terkejut dan refleks mundur ketika melihat apa yang dilakukan Zidan. Mengikat tali sepatu Mada.
Namun Zidan menarik tali itu sehingga kaki Mada kembali maju. Zidan lanjut mengikat sembari mendongak memandang Mada, bertatapan dengan Mada.
"Ehem!!" Jangan lupakan keberadaan Nina. Sontak Mada memutus tatapannya dan beralih pada Nina.
Zidan selesai dan berdiri. Dia berniat langsung pergi. Namun tiba-tiba, "Eh, eh, mau ke mana lo?" kata Bima sambil menunjuk Zidan.
Bima, Juwi, dan Resti berjalan mendekat. Sesampainya di dekat Mada, Resti langsung mengecek keadaan Mada. Ia tadi sedang bersama Bima, Resti melihat Mada sudah terduduk jatuh, makanya buru-buru menghampiri, Juwi pun menyusul.
"Mada, lutut lo berdarah," kata Resti, menatap Mada. "Ayo, diobatin," lanjutnya terdengar cemas.
Nina dan Resti sudah siap menggandeng Mada untuk beranjak, namun mendadak Bima kembali menatap tajam Zidan.
"Lo apain temen gue?" kata Bima asal menuduh.
Zidan menggeleng. "Dia jatuh sendiri," kata Zidan malas.
Juwi menyipit menatap Zidan, seolah tak percaya dengan ucapan pemuda itu. Pemuda itu, Zidan, adalah tetangga baru Mada sekaligus murid baru di sekolah ini yang sempat dibicarakan mereka di grup chat kelas tempo hari.
Mada menghela napas lelah. Ia berniat pergi, namun saat hendak melangkah, kakinya terasa kaku, mulutnya masih diam. Sampai ketika Mada memaksa berjalan, perih di lututnya juga terasa. Mada limbung dan dengan cepat Zidan memegangi tubuh Mada.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMI | ✔
Teen FictionCerita para ABG (Anak-anak Bunda Ghea) penyuka keributan. *** Kisah kami bermula saat kelas sebelas. Saat itu hubungan kami benar-benar tak bisa dikatakan baik. Namun setelah melewati banyak kisah sulit, kami berjanji akan menjadi lebih baik. Kami a...