🕊. -thirteenth

208 24 1
                                    

Senyuman manis terukir di bibir Sojung, saat pria yang berjanji akan menjemputnya sore ini benar-benar datang. Tangannya membentang, menyambut pelukan hangat yang diberikan oleh suaminya.

"Kok kamu nunggunya di luar? Kenapa nggak di dalem?" tanya Seokjin.

"Kamu sih, lama datengnya. Aku keburu penasaran, bosen juga kalau nunggu di dalem," jawab Sojung.

Seokjin menerima dan mengakui kesalahannya. "Maaf, ya? Lain kali nggak akan telat-telat lagi deh, janji."

Sojung memeluk suaminya lagi. Sengaja, mau memancing reaksi gemas suaminya. "Kangen sama aku, nggak?"

Seokjin tertawa. "Duh, kangen nggak, ya? ... kayaknya sih, nggak. Kayaknya kamu yang kangen berat sama aku."

Sojung lantas melepas pelukannya dengan kasar. Wajahnya cemberut, sedikit merasa kesal. "Yaudah, kalau gitu aku nggak jadi pulang. Kamu balik lagi pulang aja, sana. Aku masih mau di sini lagi sama Ibu!"

Lagi-lagi, Seokjin tertawa. "Ceritanya marah sama aku? Gara-gara aku bilang nggak kangen kamu?"

Sojung tak menjawab, dia membuang mukanya. Melipat kedua tangannya di depan dada.

Sementara Seokjin, dia menekuk lututnya. Memposisikan wajahnya di depan perut rata Sojung yang jelas-jelas berisi janin, lalu bercerita seolah-olah sedang mengadu pada anaknya apa yang dia keluhkan. "Masa baru ketemu, Mama udah marah aja sama Papa, Dek."

"Jelas-jelas kamu yang nyebelin," sahut Sojung sambil melihat ke bawah.

Seokjin tak menatap ke atas. Dia lanjut bercerita pada calon bayinya. "Gimana ya, cara bujuk Mama biar udahan marahnya sama Papa?"

"Jangan nyebelin, makanya."

Lagi-lagi, Seokjin tak mengindahkan suara Sojung. Dia lanjut bercerita pada calon bayinya. "Bilangin ke Mama dong, bujuk dia supaya dia mau ikut pulang sama Papa. Papa kangen banget sama Mama, kangen meluk Mama, kangen jailin Mama, kangen sama kamu juga."

Sojung tersenyum, merasa gemas dengan tingkah laku Seokjin yang satu ini. Dia membiarkan Seokjin terus berbicara pada janin yang ada dalam kandungannya lebih lama. Mau tahu, sebanyak apa kata yang akan suaminya ucapkan untuk bercerita pada calon bayi mereka.

"Bilang ke Mama ya, kalau Papa itu sayang banget sama Mama. Papa nggak mau LDR lagi sama Mama setelah ini."

Sojung menekuk lututnya juga, dia menatap manik mata Seokjin dengan wajah manis disertai senyuman. "Mama juga sayang sama Papa," ucapnya tepat di hadapan wajah Seokjin.

Kali ini, Seokjin yang malu. Kupingnya memerah panas, tawanya berperan untuk menutupi rasa malu yang luar biasa karena ulah Sojung.

"Masih mau ngomong sama anak kita di sini? Atau dilanjut nanti aja kalau udah sampe di rumah?" tanya Sojung pada suaminya.

"Mau ngomong sama Mamanya aja dulu," kata Seokjin.

"Mau ngomong apa?"

Seokjin berucap, "Mau ngomong kalau ... aku kangen banget sama kamu. Aku sayang kamu, dan aku nggak mau kamu pergi kemana-mana lagi. Pokoknya, aku nggak mau LDR-an sama kamu lagi!"

Sojung mengangguk-anggukan kepalanya sambil terus tersenyum. "Nanti kita lanjut kangen-kangenannya di rumah, ya. Sekarang ayo pamit sama Ibu, sebelum kita pulang ke rumah."

― ♡ ―

Sojung meminta Seokjin untuk mampir ke minimarket sebentar. Dia mau beli beberapa bahan masakan yang ingin dia makan malam ini.

Usai memilih beberapa barang. Sojung bilang pada suaminya, "Nanti kamu yang buat pasta sama custardnya buat aku, ya?"

"Aku?" tanya Seokjin panik. "Sayang, aku mana bisa? Apalagi bikin custard ... apa itu custard? Aku nggak tau ...."

[2] Emotions; Sowjin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang