𖣌 04

8.9K 1.3K 396
                                    

𖡼໋᳝֘  Schmerz 𖡼໋᳝֘ 

.
..
.

n. Schmerz: Pain/ Rasa sakit

.
.
.

Rasa nyaman terkadang hadir dengan sendirinya. Meski hati tertutup rapat sekalipun kalau sudah bertemu dengan yang membuat nyaman akan dengan mudah diketuk.

Buktinya, saat ini (y/n) hanya diam duduk didepan Yuta, suaminya. Tanpa ada niatan beradu mulut atau saling tatap tajam. Kedua insan yang terhubung kedalam sebuah ikatan pernikahan, duduk bersama dan saling memakan sarapan pagi dengan damai.

Tubuh (y/n) sedikit berat karena demam dan Yuta dengan mudah menawarkan diri untuk merawat (y/n).

"Susunya jangan lupa diminum," ucap Yuta melihat (y/n) tidak melirik susu coklat yang sudah dia buatkan.

Gadis itu sedikit mengalihkan pandangannya, masih ada rasa tidak suka dihatinya ketika menatap mata Yuta. "Aku tidak suka susu."

Yuta mengerjapkan matanya, memutar otak agar bisa membuat (y/n) meminum susu. "Tapi kau harus minum itu supaya cepat sembuh dan bisa kembali bekerja."

Gadis itu terlihat melirik kesana-kemari, mencari alasan agar dia tidak harus meminum susu. Yuta tahu, (y/n) mencintai pekerjaannya dan sangat ingin secepatnya kembali ke kantor.

Rambut pendek (y/n) diikat asal meninggalkan anak rambut yang membingkai wajah ovalnya. Pakaian tidur bergambar beruang berwarna coklat besar menutupi tubuhnya dari udara dingin.

"Ck! Iya iya." decih gadis itu kesal.

Yuta mengulas senyum lembut. Tangannya kembali menyuap nasi kedalam mulut dan memperhatikan pergerakan (y/n). Matanya terhenti tepat dijari manis kiri (y/n).

"Kemana cincin nikahmu?"

(Y/n) ikut berhenti dan menatap balik Yuta yang bingung, "kusimpan." ucap (y/n). "Aku tidak mau ada yang tahu aku sudah menikah."

Yuta mengerjap, "tapi kan nama belakangmu sudah berubah?"

(Y/n) menghindari tatapan bertanya Yuta.

"Jangan bilang kau belum mengubah namamu?" tanya Yuta selidik. Pria itu seketika menghela nafas, sangat sulit untuk menggapai (y/n). Yah, walau dia sudah tidak lagi menatap Yuta tajam, tetap saja rasa kecewa karena (y/n) tidak menggunakan namanya itu tetap ada.

Menyakitkan, Yuta hanya bisa mencengkram erat tangannya. Sabar Yuta, (y/n) bukan bukan tipe yang bisa dituntut dengan mudah untuk mengganti nama belakangnya.

"Aku akan menunggu," ulas Yuta tersenyum. "Aku akan menanti waktu kau mau bersedia memakai nama belakangku, (y/n)."

.
.
.

(Y/n) itu termasuk gadis labil yang cukup keras kepala. Saat sakit sekalipun dia tetap memaksakan diri memperbaiki dokumen yang salah cetak oleh bawahannya.

"Menyebalkan," umpat gadis itu. "Aku pecat baru tahu rasa!"

Wajahnya masam saat diberi tahu kalau salah satu dokumen salah cetak hingga membuat jadwal kinerja direktur utama langsung berantakan. Sebagai seorang sekretaris, sudah menjadi tugasnya untuk memperbaiki itu semua dan menyusun ulang kinerja para bawahan.

Beruntung bagi (y/n) direktur utama alias CEO nya lebih mementingkan main game dari pada mengurus hal-hal yang menurutnya remeh temeh.

Bereskan, selalu menjadi perintah CEO berambut hitam sebahu dengan ujung rambutnya pirang. Heran, laki-laki tapi kok manis. Rasanya bahkan (y/n) kalah dari seorang laki-laki.

Ponselnya berdering, menampakkan nama orang yang menjadi atasannya, "Moshi-moshi, Kozume-san."

"(Y/n)," ucap laki-laki diseberang sana.

"Hai'?"

"Suruh seseorang untuk mengambilkan beberapa dokumen didalam laciku. Suruh yang terpercaya saja, aku lupa membawanya tadi karena sibuk dengan gameku. Tolong ya."

"Hai' Kozume-san." jawab gadis itu menutup telepon.

Gadis itu melepaskan ikatan pada rambutnya dan mengguyar pelan. Jemarinya sibuk mencari nomor orang yang sekiranya bisa dia percaya.

Pilihannya jatuh pada bawahannya, laki-laki dengan wajah lembut dan terbilang mudah bergaul.

"Halo, Shin-san." ucap gadis itu. "Bisakah aku meminta tolong padamu?"

Suara jawaban khas pria terdengar dari sebalik sana.

"Itu, ada dokumen yang tertinggal dilaci direktur. Tolong kau ambil dan berikan pada pak direktur, aku kirimkan nomor kunci dan alamat rumah pak direktur, tolong ya." kata (y/n) menjelaskan. Setelah mendapatkan persetujuan, tangannya langsung mengetik ditempat pesan. Kunci laci dan juga alamat Kozume.

(Y/n) menghembuskan nafas lelah. Matanya menatap keluar jendela, Yuta terlihat sibuk dengan tanaman yang ada ditaman rumah kecilnya. Rasanya sedikit aneh melihat punggung tegap Yuta yang sejak kecil dulu selalu jadi pemandangan yang ditunggu-tunggunya setiap kali Yuta mengunjungi Rika.

Selagi (y/n) memperhatikan Yuta, Yuta membalikkan badannya dan langsung menatap mata (y/n). Bibirnya terlihat mengulas senyum lebar dan membuat (y/n) seketika salah tingkah dan mengalihkan pandangannya.

Tangannya mengambil buku dari atas lemari kecil yang terdapat disamping tempat tidur Yuta.

Ya, Yuta memaksanya untuk menggunakan kasur sedangkan Yuta tidur disofa depan televisi.

"Aho."

.
.
.

"Okkotsu Yuta, ada telepon." ujar (y/n) yang tangannya memegang ponsel Yuta.

Yuta yang tengah merapikan barang-barang miliknya sedikit terkejut karena ternyata (y/n) sudah berdiri tepat dibelakangnya. Sweater hitam kebesaran membalut tubuh (y/n).

Yuta menerima poneslnya yang diulurkan oleh (y/n). Tertera nama Gojou Satoru disana.

"Ha-halo, Gojou-san."

"Yo! Yuta! Aku mengundangmu untuk makan malam, aku harap kau tidak keberatan, ah iya! Jangan lupa aja istrimu, aku kesepian disini."

Yuta terlihat tergagap, "ha-hai' itu... Aku tanya (y/n) dulu dia mau pergi atau tidak, ya."

"Ya, tanyakan saja. Aku berharap besar loh ya."

Yuta menutup sambungan panggilan dan menatap (y/n), "mau ikut?"

Alis (y/n) bertautan, "ditolakpun si albino itu tetap memaksa kan? Ya sudah, terima saja." kerabat jauh Yuta, Gojou Satoru adalah satu dari sekian banyak orang yang bisa membuat (y/n) meledak dalam amarah. Tapi kali ini, (y/n) akan menurut dan menjadi anak baik.

Yuta sedikit terkekeh, (y/n) itu sedikit kesal dengan Gojou karena Gojou lah yang pertama mengajukan (y/n) sebagai pengganti Rika. Mungkin dendamnya pada Gojou masih membara sampai sekarang dan sepertinya Yuta akan sedikit sibuk melerai (y/n) dan Gojou nantinya.

"Oke, kita pergi. Nanti malam."

.
.
.

T
B
C

.
.
.

San: hmm.... Terlalu adem? Chapter depan kita bacotin Gojou yuk? 👀👄👀👌🏻

.
.
.

See you next chapter 👀👄👀

21 Desember 2020

✔ ❝Wife❞ (Okkotsu Yuta X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang