END

53 6 0
                                    

Selamat Membaca 🍀

Galen melajukan mobilnya dengan tidak sabaran, apalagi saat ia terjebak macet. Tak henti-hentinya ia menekan klakson dan merutuk dalam hati.

Akhirnya setelah perjalanan selama hampir satu jam, Galen tiba di rumah sakit di mana Seyna dilarikan. Mencabut kunci mobilnya usai mematikan mesin, Galen keluar.

Ia berlari memasuki Rumah Sakit. Nafasnya terengah ketika tiba dibagian resepsonis. "Sus, pasien yang pake baju karate, di kamar mana ya?" tanyanya ngawur.

Otaknya tidak bisa menyusun kalimat dengan benar.

"Pasien yang mana? Yang--"

"Beberapa menit lalu dibawa ke sini. Baju karet, Sus."

"Sebentar," Suster tersebut membalikkan halaman kertas.

"Buruan, Sus." desak Galen. Ia mengusap kasar keringatnya.

"Di lantai tiga--"

"Kak Galen!" Pemuda itu membalikkan badan, ia menemukan Saga. "Ngga jadi, Sus. Makasih."

Galen bergegas menghampiri Saga, tangannya mencengkram kedua bahu adik dari pacarnya itu. "Seyna. Seyna gimana?"

"Wow, santai, kak." Saga menurunkan pelan tangan Galen. "Saga ngga tahu mau jelasin gimana, lebih baik Saga anter langsung kak Galen buat ketemu kak Sey."

Galen mendesah kasar lalu mengikuti langkah Saga. Keduanya menaiki lift, kedua laki-laki itu tidak membuka obrolan sama sekali.

Galen berusaha mengatur nafasnya sembari melangkah bersama Saga, berjalan di lorong yang sepi. Saga berhenti melengkah, ia mendorong pintu.

Seyna berada di kamar VIP.

Saga menutup pintu dengan pelan usai Galen ikut masuk. Dapat ia lihat bahwa pacar dari kakaknya itu menegang kaku.

"Seyna... kenapa?" tanyanya nyaris tanpa suara. Matanya bahkan tidak berkedip menatap Seyna yang berbaring dengan alat bantuan nafas juga selang infus.

"Cuman pingsan aja, Kak." Saga menghela nafas. "Waktu tanding lawannya ngga tahu sengaja atau ngga, nendang bagian belakang kepala kak Sey."

Galen menoleh, ia menatap Saga panik. "Ngga geger ot--"

"Ngga, Kak..." potong Saga. Kemudian dengan langkah pelan, Galen berjalan menuju ranjang Seyna yang berbaring tidak berdaya. Kakinya terasa sangat lemas.

Saga menghampiri, mendorong kursi yang tersedia mendekat pada Galen. "Duduk, Kak." Ia mengerti apa yang dirasakan oleh pemuda itu.

Galen menurut. Matanya tidak beralih sedikit pun dari wajah Seyna yang pucat. Tangan kanannya terulur, sedikit bergetar kala menyentuh permukaan wajah gadis itu. "Sey..." panggilnya lirih.

Menelan ludah kasar, Galen bertanya tanpa menoleh pada Saga. "Kenapa Seyna belum sadar?"

"Saga ngga sempet nanya." jawabnya. "Kak Galen tenang aja, Kak Sey cuman pingsan kok ngga sampai koma."

Galen tidak bereaksi apapun.

"Ortu lo mana?" tanya Galen, ia baru menyadari bahwa hanya ada mereka bertiga di dalam ruangan ini.

"Di rumah, Kak. Mama pingsan, jadi di bawa pulang buat istirahat."

Helaan nafas keluar dari mulut Saga. "Saga ijin keluar dulu, ya Kak. Mau beli makan sama minum." sambungnya.

"Iya."

Hingga suara pintu yang kembali ditutup pun Galen masih setia memandang wajah kekasihnya. Tidak ada yang terucap dari bibirnya. Hanya ada rasa khawatir.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perfect Stranger (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang