Prolog :v

0 1 0
                                    

PERINGATAN: Cerita ini hanya fiktif belaka, mengandung banyak imajinasi, typo, hal-hal berbau dewasa, dan sedikit kerumitan. Jika ada kesamaan nama, tempat, dan latar belakang mohon dimaafkan. Saya sebagai penulis tidak memplagiat cerita orang, cerita ini murni imajinasi saya sendiri, ketika saya melihat sebuah gambar ilustrasi tentang hantu dan manusia yang sedang berpelukan dan mendengarkan cerita imajinasi mama.
Saya juga seorang pemula dan masih belajar, jadi disini kita sama sama belajar. Jika cerita saya ada yang kurang seperti tanda baca, penggunaan kata, dsb, anda bisa memberikan komentar atau saran.
Dan jika anda tidak suka cerita saya silahkan tinggalkan cerita saya, jika anda menyukainya tolong hargai cerita saya dan berikan bintang maupun komentar positif.










Happy Reading My Friend ♥️

*****
Hiks...hiks....

"Aku harus bagaimana? Hiks... apa yang akan aku lakukan? aku tidak tahu dimana tubuhku? apakah dia masih baik-baik saja? atau dalam keadaan mengenaskan? Hiks... aku tidak tahu dimana aku tinggal? Aa... aku bingung harus bagaimana?"

"Seseorang tolong aku!"

Sang gadis menengadah ke langit sambil menutup matanya, ia masih berharap ada seorang manusia yang melihatnya dan mau menolongnya.

Kenapa Tuhan tega membuat gadis tak berdaya itu menjadi arwah tanpa meninggalkan sedikit ingatan tentang dirinya? Kenapa tidak masuk saja ke tempat suci itu? Kenapa masih harus menahan dia dan membuat dirinya tidak mengingat apa pun? Bahkan sedikit pun ia tidak mengingat namanya.

Gadis itu masih mengingat perkataan seorang malaikat penjaga ketika ia berada di perbatasan bumi dan dunia akhirat.

Sekumpulan manusia berbaris, mereka berbaris bukan untuk mengambil sembako atau sumbangan. Barisan itu dibuat karena mereka menunggu giliran untuk maju, maju ke tempat yang menentukan akhir dari segalanya.

Dan saat ini, seorang gadis sedang menunggu gilirannya untuk dipanggil ke depan. Tak terasa dia semakin maju dan menunggu namanya dipanggil.

"Selanjutnya,"

Seorang penjaga dengan baju zirah bercahaya, wajah yang ditutup dengan kain bercahaya. Bisa dibilang dia bercahaya, tidak ada sedikit pun cela yang dapat menunjukkan lekuk tubuhnya. Penjaga itu sedang memegang gulungan kertas yang berisikan data-data penting seorang manusia. Jika zaman di bumi berubah semakin canggih, di dunia akhirat pun juga sama. Bukan memiliki kendaraan atau teknologi canggih seperti di bumi, tapi yang berkembang hanya daftarnya.

Jika dulu daftarnya hanya menuliskan data seseorang dengan lengkap tanpa lukisan wajah, maka sekarang daftar itu semakin berkembang dengan disertai lukisan wajah. Dan saat ini, penjaga itu bingung karena yang seharusnya keluar adalah data yang sesuai dengan wajah manusia yang akan berdiri dihadapannya. Maka data yang diperolehnya salah dan berbeda dengan wajah manusia yang ada di depannya.

Tidak pernah sekalipun dalam dunia perbatasan antara bumi dan dunia akhirat para penjaga mendapatkan data yang salah dari sang Pencipta. Sang Pencipta tahu segalanya, bahkan mengingat setiap inci makhluk yang diciptakannya. Jika tidak sesuai dengan daftar artinya sang manusia belum mendapatkan panggilan dan mereka harus menanyakan beberapa hal kepada manusia yang belum terdaftar.

"Hmm... nama anda siapa nona? Di dalam daftar tidak ada wajah maupun data anda, nona. Apakah anda tahu alasan anda berada disini?"

Gadis itu bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan sang penjaga padanya, akhirnya dia menjawab seadanya.
"Maaf tuan, saya tidak tahu apa yang anda bicarakan. Saya juga tidak mengerti mengapa saya bisa berada di sini, saya bahkan tidak mengingat apa pun. Sedikit yang saya ingat, saya tertidur di atas awan dan terbangun dengan saya berdiri dalam barisan tadi."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang