Debur ombak bergemuruh, silau matahari senja begitu indah jika dilihat dari sisi yang menampakan bulu mata lentik dengan surai pirang yang panjang menutupi sebagian pipi.
Kozume Kenma dengan background sunset, adalah hal terbaik yang pernah Kuroo nikmati. Ia terus menggenggam erat jemari pria pendek itu meski selalu dihadiahi dengan gerutuan.
"Kuroo lepaskan tanganmu, aku tidak merasa nyaman."
"terima kasih," ujar pria jangkung itu sambil melempar tatapan serta senyuman yang teramat lembut. Entah mengapa pemandangan itu membuat hati Kenma berdegup kencang. Ia berusaha menunduk menutupi semburat samar.
"u-untuk apa?" Kenma sedikit merutuki suaranya yang tiba-tiba sumbang.
Kuroo tidak mengatakan apapun, ia membawa si mungil kedalam dekapannya. Menghirup aroma laut yang khas. Entah kenapa cairan bening keluar dari pelupuk matanya. Sedikit isakan dan juga nafas yang memberat.
Kenma merasa asing, ia heran saat mendengar Kuroo terisak. Pria puding itu berusaha melepaskan diri dari dekapan Kuroo dan berniat mendongak jika saja tubuh dan kepalanya tidak ditahan.
Kembali Kenma terdiam saat ia tenggelam didada Kuroo, mendengar detak jantung teratur dari sang dominans hingga ia merasa lega saat tidak mendengar lagi isakan.
"I Love you!!"
Kata-kata sakral terdengar samar akibat suara deburan ombak lebih mendominasi, namun sentuhan hangat itu terasa nyata. Lembut dan menenangkan. Kenma menutup mata untuk kesekian kali saat pria itu mengecup bibirnya.
Ia tidak menyadari jika Kuroo menciumnya dengan mata terfokus jauh entah kemana. Kuroo melepas tautan itu sejenak, memasok oksigen lalu kemudian kembali melumat sang terkasih penuh perasaan.
Sepulangnya dari kencan pertama, Kuroo tetap menempel tanpa berniat lepas. Bahkan Kenma sudah jengah mengeluarkan kata-kata pedas sekalipun. Ia tahu senpainya ini sangat keras kepala, tapi ia tidak tahu jika pria jamet itu begitu bodoh dan menjengkelkan.
"Kuroo aku mau mandi." Kenma berujar malas, ia mengambil handuk kemudian menyampirkannya di bahu kiri.
"owh ya baiklah. kalau begitu aku akan memasak, apa kau menginginkan sesuatu?" ucap Kuroo yang pada akhirnya melepaskan diri dari pria pendek itu.
"apa saja. Selama itu buatan Kuroo aku suka." mendengar hal itu Kuroo berubah merah padam. Ia hampir saja memeluk Kenma jika saja kekasihnya itu tidak menghilang dibalik pintu kamar mandi. Bagaimana bisa Kenma melemparkan kata-kata manis. Apa sahabat kecilnya belajar dari Bokuto? Tidak mungkin.
Mungkinkah Shoyou?Sedangkan dikamar mandi, Kenma menenggelamkan diri kedalam bathup.
Bagaimana bisa dia melemparkan kata-kata seperti itu. Ingin rasanya ia menenggelamkan diri kedalam inti bumi. Melebur bersama bebatuan dan menjadi cair seperti lava.Lebih dari tiga puluh menit Kenma berendam, ia akhirnya bangkit untuk mengeringkan diri. Mengambil handuk lalu melilitkannya sepinggang. Pria itu keluar dengan surai basah. Dengan aroma sabun dan shampoo yang lembut menguar dari tubuhnya.
Kenma mengedarkan pandangan, seperti biasa kamar Kuroo akan selalu terlihat rapi. Meski terlihat urakan pria jamet itu pecinta bersih. Ia akan melipat selimut dengan begitu rapi, memastikan bantal menumpuk teratur dan membiarkan udara segar serta cahaya matahari masuk kedalam kamar.
Kenma membuka lemari Kuroo lalu memilih piyama satin berwarna dongker. Memakainya dengan melipat bagian atas celana dan membiarkan pundaknya sedikit terbuka.
"sepertinya aku harus membeli piyama lebih banyak lagi." gumamnya pelan. Bukan tanpa alasan, tapi salahkan Kuroo yang tidak sengaja merobek piyama miliknya hingga beberapa kancing berhamburan.
Mengingat hal itu pipinya kembali memerah, Kenma segera menutup pintu lemari lalu berjalan menuruni tangga.
Kaki pendeknya menapaki tangga dengan cepat, ia melihat Kuroo sedang menunduk di sisi lain pantry. Beberapa makanan sudah terhindang sempurna. Tentu saja dengan menu ikan yang tidak pernah absen.
"Kuroo kau sedang apa?" Kenma bertanya heran. Mendengar suara Kenma pria jangkung itu sedikit terperanjat.
"o-oh aku tidak,"
Praang
Serpihan kaca berhamburan, sepertinya Kuroo baru saja memecahkan beberapa piring. Ia sedikit panik dan hampir saja menginjak serpihan yang cukup besar jika saja Kenma tidak mendorongnya hingga terjatuh.
"Kuroo maafkan aku, tapi kau hampir saja menginjak serpihan kaca." Kenma terlihat kaget saat mendapati Kuroo terjatuh. Ia benar- benar merasa bersalah.
"Kenma,"
Kuroo begitu sedih karena baru saja memperlihatkan sisi cerobohnya. Ia
takut jika kekasihnya itu merasa ilfeel."tidak apa Kuroo-san, setiap orang pasti melakukan kesalahan. Kau hanya lelah karena kemarin membantu Alisa dan sekarang kau menemaniku jalan-jalan. Istirahatlah biar aku yang membersihkan ini." ujar Kenma panjang lebar, ia tidak tahu bagaimana menghadapi situasi seperti ini. Ia tidak berpengalaman untuk mengetahui keadaan seseorang.
Pria jangkung itu menatap sedih saat Kenma mulai menyapu dan memersihkan serpihan kaca seorang diri. Tangannya tiba-tiba mati rasa lalu kehilangan kekuatan sehingga tidak mampu menopang beban berat.
Akhir-akhir ini daya tahan tubuhnya menurun drastis. Nafsu makan serta jam tidurnya sedikit terganggu. Ia sering sekali begadang dengan mengerjakan tugas sebagai kegiatan untuk mengisi waktu yang menurutnya berakhir sia-sia. Sedikit menonton film dan juga membaca novel tidak luput dari kegiatannya.
Kenma menatap khawatir kearah senpai kesayangannya, ia mengusap perrgelangan tangan pria jangkung itu.
"Kuroo-san kau baik-baik saja?" ujarnya khawatir.
"aku baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir." ucapnya sambil menggaruk tengkuk yang tidak gatal.
"kalau ada masalah ceritakan padaku, jangan sungkan Kuroo-san. Kita ini sepasang kekasih sekarang." Kenma tersenyum lembut. Hal itu membuat pipi sang dominan menghangat, menciptakan semburat merah di telinga pria itu.
Jemari panjang yang bergetar, menelusuri lekuk wajah sang terkasih. Seakan ingin mengingat detail bentuk wajah pria cantik itu. Layaknya perpisahan terakhir, sebagai kenang-kenangan indah.
"I love you," bisik Kuroo lembut.
"kau sudah mengatakannya sepuluh kali," ucap Kenma malas.
"aku hanya," Kuroo menghela nafas lelah, ia meneruskan kembali ucapannya.
"aku hanya ingin mengganti waktu saat kesalah fahaman kita yang dulu. Aku sudah memendam kata-kata itu sejak sekian lama." ujarnya pasrah.
Kenma tidak menjawab, ia hanya bergeming menikmati usapan dari Kuroo. Membiarkan pria itu hanya sekedar mendekapnya posesif. Ia berpikir akhir-akhir ini Kuroo suka sekali memeluk, entah saat bersantai, nonton tv, jalan-jalan bahkan saat tidur.
Keduanya memang telah sepakat menjalani hubungan kekasih, tapi dengan syarat jangan sampai orang lain mengetahui hal tersebut. Apalagi orang-orang kampus, karena bagaimanapun hubungan itu tidaklah normal.
Hal tersebut membuat Kuroo merasa berat hati, ia tidak ingin Kenma tersakiti mendengar rumor dirinya tengah berpacaran dengan Alisa. Meskipun Kenma suda mengatakan sendiri jika ia tidak keberatan asalkan Kuroo tidak benar-benar melakukannya.
Saat bersama seperti ini menjadi ajang pelepasan rindu, "Kenma I love you."
-
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt [Kuroken][COMPLETED]
FanfictionCerita ini bukanlah tentang perihal rasa sakit yang Kozume terima, tapi perihal jika ia telah jatuh cinta pada rasa sakit itu sendiri. [start : 20/10/2020 finish: 16/01/2021 Status : END] Warn! Yaoi/bxb! Bagi homophobic harap skip dan jangan memaksa...