"Lo yakin Tal?" Tatapan mata Kaifan memang terkesan meragukan. Apalagi setelah dia melihat apa yang tetangganya itu bawa.
"Gue ngga pernah seyakin ini sebelumnya Fan."
"Gue takut anjir."
Kristal mendelik, menatap horor Kaifan yang kini berdiri tepat dibelakangnya. "Lo tinggal diem aja elah, ganggu aja. Mending pergi sono."
"Kapan-kapan aja deh Tal, gue takut kalo sekarang. Belum siap."
"Belum siap gigilu!"
Kristal mengabaikan Kaifan dan terus berjalan maju. Tekadnya sudah bulat kali ini, ia yakin kali ini pasti dia berhasil.
"Tal, gue takut ih." Kaifan berjalan pelan dibelakang pundak Kristal. "Lokan juga mau jalan sama Sesa, ntar cowo lo marah."
Perkataan Kaifan sukses membuat langkah Kristal terhenti. Gadis itu berbalik cepat sebelum mencapai tempat tujuan.
"Asu! Gue lupa!" Pekik Kristal kencang, untung saja gang ini sepi pejalan kaki. "Kenapa baru bilang Fan. Bisa kena ambek nih gue." Kristal berjalan cepat menuju motornya yang ada di bawah pohon beringin.
"Lah ini gue udah ingetin yah." Sanggah Kaifan. "Lagian bukan salah Sesa kalo dia marah sama lo," lanjutnya.
Kristal buru-buru memakai helmnya dan mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan tinggi. "Gue duluan!" Teriak Kristal yang hanya dibalas anggukan Kaifan.
"Yah sendiri lagi," Kaifan berjalan pelan diatas trotoar. Kepalanya menunduk, memandang kedua kakinya.
Sekarang Kaifan tau, definisi kesepian sesungguhnya. Apalagi saat melihat orang lalu lalang didepan matanya bergandengan, atau sekedar bercerita.
Lagi-lagi Kaifan memandang kedua kakinya yang terbungkus sepatu. Tangannya ia masukan kedalam saku hoodie yang ia kenakan. Sepertinya dia memang harus mencoba mencari teman baru.
Langkahnya terhenti tepat dipersimpangan jalan. Belok kanan rumahnya, belok kiri jalan menuju jalan besar.
Sejenak Kaifan terdiam, mungkin dia sedang memikirkan apa yang akan dia lakukan malam ini. Tetapi sesaat kemudian Kaifan berjalan melewati zebra cross, dan pergi kearah kanan jalan.
"Pulang ajalah."
* * * * * * * * *
"Woyyy!"
"Bangun!!"
"Kristalllll!"
Kristal hampir terjungkal dari atas kasurnya setelah mendengar suara keras Kaifan.
"Babi! Yang selo dong banguninya." Gerutu Kristal dengan mata memerah, efek bangun tidur yang dipaksa.
"Hehe, sorry."
"Mrenges lo." Kristal menarik selimutnya kembali dan menempatkan kepalanya senyaman mungkin diatas bantal. "Gue masih ngantuk, pulang sana ah."
Kaifan mencebikan bibir saat tau ia diabaikan oleh Kristal, "bosen." Katanya.
"Yaudah lo juga tidur, gue ngantuk banget sumpah."
Kaifan duduk diatas ranjang Kristal, "gue semalem ketemu sama Suri, apa Surti yah. Ketemu didepan komplek, katanya dia temen lo."
"Hmm," balas Kristal seadanya.