7

245 55 4
                                    

Aku percaya ada saatnya pelangi itu muncul setelah badai. Dan itu yang kurasakan sekarang, setelah bergulat dengan semua hal tentang Choi Yoongi beberapa waktu ini, akhirnya bisa juga aku menghirup udara segar.

Selama perang mental dengan laki-laki itu, aku sempat berpikir akan pergi ke dukun untuk bisa membuat dia sedikit merasakan rasanya sakit karena sudah menyiksaku dengan semua ucapannya.

Untung saja kewarasanku masih ada. Kalau tidak, kuyakin wajahnya akan terpampang di semua media dengan tulisan besar sebagai judul 'Choi Yoongi masuk rumah sakit setelah memuntahkan paku dan jarum'. Pasti menarik.

Sudahlah, yang terpenting sekarang adalah hari ini aku aka mengobati diri dengan pulang ke rumah orang tuaku setelah sekian lamanya. Semoga ibuku tidak lupa bagaimana wajah anak perempuannya ini.

"Gomo !!" panggil seorang gadis kecil yang berlari menyambut kedatanganku begitu aku membuka pagar rumah.

Dia yang awalnya sibuk bermain tanah,  langsung berlari ke arahku secepat yang dia bisa sampai kedua kuncir rambutnya bergerak ke kanan kiri.

"Aigoo, tuan putri Gyuri sudah besar sekarang ya. Mana pelukan buat gomo?" kataku sambil merentangkan kedua tangan untuknya.

Gyuri tersenyum lebar hingga deretan gigi putih kecilnya terlihat. Gadis itu menghambur padaku diselingi suara tawanya yang renyah.

Aku menggendong dia yang masih berumur dua setengah tahun ini dengan mudahnya. Bibir mungilnya mulai berceloteh tentang bagaimana perjalanannya menuju ke Korea kali ini padaku. Aku mendengarkan sambil sesekali mencium kedua pipinya yang mirip bakpau kukus saking gembulnya. Lucu.

"Kau pasti lelah. Gyuri ayo turun. Kasian gomo kalau harus menggendong karung beras," canda Ryung, kakakku sekaligus pembuat boneka hidup nan imut yang ada digendonganku ini.

 Kasian gomo kalau harus menggendong karung beras," canda Ryung, kakakku sekaligus pembuat boneka hidup nan imut yang ada digendonganku ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kwon Ryung

Gyuri yang mendengar ledekan ayahnya memanyunkan bibirnya hingga bibir kecil berwarna pink itu maju beberapa centi.

"Appa jahat. Aku tidak mau dengan appa," katanya sebelum melempari Ryung dengan boneka yang Gyuri bawa.

"Appamu memang jelek ya. Sudah kita main sendiri saja. Tinggalkan saja ahjussi satu ini di sini. Kajja," kataku sambil berlari ke dalam rumah dengan Gyuri masih tetap digendonganku.

"Ahjussi," panggil Gyuri sengaja menggoda appa-nya. Kelakuan mereka ini sama saja sebenarnya. Dia bahkan menjulurkan lidah pada kakakku yang kini ikut berlari mengejar kami berdua.

Gyuri tertawa keras saat appa-nya berhasil menyusul kami berdua. Tapi tetap saja lengan anak ini melingkar di leherku tidak mau lepas meski Ryung sudah berusaha melepaskannya. Anak ini jadi mirip koala yang sedang bergantung di pohon sekarang. Dan pohon itu adalah aku.

The Tangled Red String (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang