Pagi-pagi sekali Alya sudah di sibukkan dengan buku apa saja yang dia bawa hari ini, akibat terlalu menonton drama sampai lupa harus mempersiapkan barang ke sekolah besok, jadinya dia harus keteteran gini. Bahkan Alya sudah tak sempat dandan karena udah mau telat. Jarak antara rumah dan sekolahnya bisa di bilang lumayan jauh.Menuruni tangga Alya bisa lihat sang sopir yang biasa mengantar jemputnya sudah menguap, sanking lamanya Alya di dalam kamar.
"Aduh maaf yah pak" sopir itu hanya tersenyum memaklumi melihat anak majikannya.
Setelah Alya masuk segera saja mereka capcus menuju sekolah. Untungnya lagi tuhan masih memberikannya kemudahan di balik kerumitan, jalan masih lancar sejahtera. Biasa macet banget kalau di jam-jam seperti ini.
Menghembuskan nafas berat Alya menyandarkan punggungnya. Melihat jam yang menempel di pergelangan tangannya, ternyata tinggal sepuluh menit lagi dan gerbang akan di tutup. Kalau tidak sempat sampai habislah dia, padahal akan ada ujuan matimatika. Pelajaran yang satu ini tidak boleh dia tinggalkan, cukup kemarin-kemarin saja dia lalai.
Tidak lama laju mobil berubah menjadi lambata. Gerbang sekolahnya sudah terlihat, dengan cepat Alya segera saja turun dari mobil. Melihat gerbang akan di tutup Alya mengambil jurus lari cepat.
"Hah!" Desahnya saat dia bisa melewati gerbang yang sidikit lagi akan tertutup. Untungnya badanya lansing.
Berjalan cepat menuju kelas yang tepat ada di lantai tiga. Alya terus mengayunkan kakinya sampai di tangga, sebelum menginjaknya sudah ada orang yang juga mendahuluinya. Menoleh, alangkah kagetnya Alya saat mengetahui siapa orang tersebut.
Merasa bahwa Alya tak bergerak cowok yang sudah lebih dulu jalan berbalik, melihat Alya yang tampak bengong. Sama sekali tak melanjutlan jalannya."Kenapa tidak jalan?" Pertanyaan itu menyadarkan Alya dari lamunannya.
Padahal ini cuma Kevin loh, kok dia sampai segininya. Menggigit bibir bawahnya sambil tertunduk Alya segera saja menyusul Kevin yang sudah selangkah di banding dengan dirinya. Melihat hal itu Kevin pun kembali melangkah kan kakinya.
Alya menatap lelaki di hadapannya sekarang. Dia hanya bisa membuntuti, karena dirinya yang tak terlalu dekat ataupun akrab dengan Kevin. Meskipun Kevin adalah sepupu Jean yang notubennya sahabatnya, mereka tidak pernah saling mengenal, meskipun satu kelas. Entah kenapa Alya sangat canggung, apa lagi melihat wajah tak berekspresinya. Tak kuat Alya.
Sasampainya di lantai tiga Alya segera saja mengebut jalan agar samapai cepat di kelas. Dia tak mau terlambat untuk ujian, bisa-bisa gagal nanti naik kelasnya.
Memasuki kelas sudah terdengar tawa Viona dan Vita yang begitu menggelegar. Keduanya sudah seperti orang mau btle singing, bahkan mungkin tawa mereka bisa sampai kedengar di lantai bawah.
"Seru banget yah" sontak keempat gadis-gadis itu menoleh.
"Tumben lo telat datang? Biasanya juga paling cepat" tanya Jihan melihat Alya mulai duduk di bangkunya.
"Gara-gara semalam gue maraton drama, sampai lupa kalau hari ini ada ujian mtk" jawabnya membuat para sahabat-sahabatnya cuma ngangguk doang.
Tidak lama cowok tinggi yang berjalan sama Alya tadi masuk juga. Padahal kalau mau di bilang sahurnya Kevin udah dari tadi masuk, entah nyangkut di mana lagi dia sampai agak telat gitu masuknya.
Jean yang melihat sepupunya udah menginjakkan kakinya di kelas segera saja beranjak dan menuju ke cowok datar nantampan kesayangannya para murid-murid cewek.
"Mau kemana lo?"
Berbalik sebentar melihat Vita, Jean menunjuk sepupunya yang sudah duduk di bangkunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Tidur
Teen FictionMenurut Kevin cinta itu rumit, lihat bagaimana ia harus rela menunggu kepekaan Alya terhadap perasaannya, kalau sebenarnya dia cinta sama gadis itu. Sedangkan Alya menurutnya cinta itu kebahagiaan. Karena ia selalu bahagia kala dirinya tidak sengaja...