Chapter 4

10.9K 458 0
                                    

Seminggu kemudian, Mira tetap menjadi bahan gosipan di kantor oleh Vina. Sebenarnya Catherine sudah memperingatinya tapi tetap saja Vina melakukannya. Seakan akan dia tidak terima jika Mira dekat dengan Theo.

Hari ini Vina melakukannya lagi tapi lebih parah. Dia dengan sengaja menjatuhkan ponsel milik Mira satu satunya pemberian dari almarhuma ibunya lalu menginjaknya sampai hancur.

"Vina! Bisa tidak kamu berhenti mengganggu Mira hah?! Dan sekarang kamu malah menghancurkan ponselnya! " marah Catherine.

"Siapa suruh dia kecentilan dengan bos? Dasar wanita murahan, " kata Vina.

"Cukup ya! Kamu itu tidak tahu apa apa soal minggu lalu itu! Apa masih belum jelas apa yang dikatakan Pak Theo kepada kita?! Hubungan mereka hanya sekedar karyawan dan bos! " marah Catherine.

"Catherine sudah. Jangan bertengkar lagi. Aku tidak ingin kamu dipecat, " kata Mira.

"Aku tidak peduli! Dia ini sudah keterlaluan! " marah Catherine.

Tiba tiba muncullah Theo bersama orang kepercayaannya, Noah. Mereka melihat ada keributan antara Catherine dan Vina.

"Ada apa itu? Pagi pagi sudah membuat keributan, " kata Theo.

"Tidak tahu tuan. Apa kita perlu menghampiri kesana? " tanya Noah.

"Baiklah. Ayo kita kesana, " jawab Theo.

Mereka menghampiri tempat keributan itu. Karyawan lainnya diam dan kembali ke tempatnya masing masing, sedangkan Vina dan Catherine masih bertengkar.

"Catherine, kembali ke tempatmu. Pak Theo datang kearah sini, " bisik Mira.

"Aku tidak peduli! " marah Catherine.

"Ada apa ini? " tanya Theo dingin.

Vina dan Catherine langsung melihat kearah Theo. Begitu juga dengan Mira yang bersembunyi dibelakang Catherine.

"Ini pak. Vina sengaja menghancurkan ponsel milik Mira dan selalu mengganggunya saat bekerja, " kata Catherine.

"Dasar pengadu. Kamu lakukan itu karena ingin cari perhatian kan? " tanya Vina.

"Jaga bicaramu itu ya! " jawab Catherine marah.

"Sudah Catherine. Jangan marah lagi, " kata Mira sedih.

"Hanya gara gara ponsel kalian bertengkar seperti ini, " kata Noah.

"Pak Noah, ponsel Mira itu bukan ponsel biasa. Itu ponsel pemberian dari almarhuma ibunya, " kata Catherine.

"Kan bisa beli lagi? Apa susahnya coba? " kata Vina sombong.

"Jika kamu tidak tahu apa apa, lebih baik kamu diam. Mira tidak ada uang untuk membeli ponsel yang sama apalagi ponsel mahal sekalipun. Dan satu hal lagi, uang gajinya selama ini dia gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bukan seperti kamu yang selalu berfoya foya dan boros, " kata Catherine.

"Apa kamu bilang?! " tanya Vina marah.

Dia ingin menampar Catherine tapi tamparan itu malah mengenai pipi Mira sampai memerah.

"Mira! " kata Catherine terkejut.

"Sudah kubilang jangan bertengkar lagi. Soal ponsel itu aku bisa kumpulkan uang untuk membelinya. Aku mohon jangan bertengkar lagi, " kata Mira menahan rasa sakit dipipinya.

"Masalah apa lagi yang dilakukan oleh Vina? " tanya Theo dingin.

"Dia selalu menghina Mira dengan sebutan wanita murahan hanya karena Mira dekat dengan bapak. Padahal saya sudah menjelaskan bahwa bapak dan Mira hanya sekedar karyawan dan bos, " jawab Catherine.

Theo langsung menatap Vina dengan tatapan tajam dan menakutkan. Mira melihat tatapan itu langsung takut dan tidak berani menatapnya.

"Vina Annisa, mulai hari ini kamu tidak boleh bekerja di perusahaan ini lagi, " kata Theo dingin dan tegas.

"Apa pak?! Maksud bapak saya dipecat gitu?! " tanya Vina hampir tidak percaya.

"Jika menurutmu itu benar, maka silakan kamu bereskan barangmu dan angkat kaki dari perusahaan ini, " jawab Theo tegas.

"Saya tidak terima pak. Seharusnya mereka yang dipecat bukan saya! " kata Vina sambil menunjuk Mira dan Catherine.

"Kamu telah melakukan kesalahan beberapa kali tanpa saya ketahui. Padahal Catherine sudah menasihatimu. Kamu pikir perusahaan ini tidak ada CCTV? Bisa saja saya bawa masalah ini ke jalur hukum jika kamu inginkan, " kata Theo.

Vina yang tampak kesal langsung pergi ke meja kerjanya untuk merapikan barangnya. Mira dan Catherine hanya menatap kepergian Vina.

"Pak, apa Vina benaran dipecat? " tanya Catherine.

"Kenapa? Kamu ingin seperti Vina juga? " tanya Theo.

"Eh tidak tidak. Saya cuma tanya saja, " jawab Catherine.

Mira memungut ponselnya yang sudah hancur dan kemungkinan tidak bisa digunakan lagi. Dia hanya menatapnya dengan tatapan kosong dan sedih.

"Ibu, maafkan aku. Aku tidak bisa menjaga barang pemberian ibu satu satunya, " batin Mira.

Baginya, ponselnya itu adalah kenangan dari almarhuma ibunya. Apalagi ponsel itu hasil kerja keras dari ibunya sendiri. Catherine berusaha menenangkannya karena dia tahu pasti saat ini Mira sedang sedih. Tak lama, datang Vina sambil membawa barangnya di dalam kotaknya.

"Lihat saja. Kalian akan menyesal telah memecat diriku, " kata Vina kesal.

"Sekarang kamu boleh pergi dari sini. Dan satu hal lagi, saya pastikan kamu tidak akan diterima oleh perusahaan manapun, " kata Theo.

"Saya tidak peduli. Saya yakin pasti ada perusahaan lain yang ingin menerima saya. Permisi, " kata Vina.

Vina langsung meninggalkan mereka dan keluar dari perusahaan Theo.

"Pak, apa tidak sayang jika Vina dikeluarkan dari perusahaan ini? Dia kan karyawan yang pintar, " kata Mira.

"Untuk apa dirinya pintar tapi tidak memiliki moral sama sekali? Lebih baik orang biasa tapi memiliki moral, " kata Theo.

Mira hanya menganggukan kepalanya. Theo menatap semua karyawan yang sedang bekerja. Dia tahu sebagian karyawan ada yang ketakutan melihat kejadian tadi.

"Dengarkan semuanya. Jika saya ada dengar lagi menghina sesama karyawan disini, saya tidak akan segan segan mengeluarkan kalian secara tidak hormat, " sambung Theo dingin dan tegas.

"Baik pak, " kata semua karyawan.

Mereka pun kembali melanjutkan pekerjaan.

"Soal ponselmu, biar saya ganti, " kata Theo sambil menatap Mira.

"Tidak usah pak. Saya tidak ingin merepotkan anda, " kata Mira.

"Tidak apa apa. Itu anggap sebagai bonusmu bulan ini, " kata Theo.

"Baik pak. Terima kasih, " kata Mira.

"Baiklah. Kalian berdua boleh kembali bekerja sana, " kata Theo.

Mira dan Catherine kembali ke meja kerjanya melanjutkan pekerjaan mereka yang sempat tertunda. Theo hanya tersenyum kecil melihat ketegaran Mira. Entah kenapa dia merasa jatuh hati dengannya. Tapi dia menyingkarkan perasaan itu

"Theo, sadarkan dirimu. Kamu itu sudah bertunangan. Tidak mungkin kamu jatuh hati dengan karyawanmu itu, " batin Theo.

"Tuan, sebaliknya kita kembali ke ruangan. Masih banyak dokumen yang perlu dikerjakan, " kata Noah.

"Baiklah. Nanti kamu tolong carikan ponsel baru untuk Mira. Tapi sebelum itu serahkan ponsel barunya itu kepada saya, " kata Theo.

"Siap pak. Saya akan melakukan sebaik mungkin, " kata Noah.

Mira masih mengingat kejadian tadi. Dia masih tidak percaya Theo akan melakukan hal itu bahkan ingin membelikannya ponsel baru. Hatinya berbunga bunga melihat Theo membelanya, tapi ada rasa kasihan terhadap Vina. Apalagi Theo mengatakan tidak akan membiarkannya diterima perusahaan manapun.
-
-
-
-
-
-
-
-
TBC

Mantan CEOku adalah Cinta PertamakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang