[prologue]

265 36 1
                                    

•you're the only one•

Paris, dikenal sebagai "Kota Cinta," sebuah tempat di mana keindahan dan romantisme berpadu dalam harmoni yang sempurna. Kota ini dipenuhi dengan arsitektur megah bergaya Haussmannian yang menampilkan fasad-fasad klasik dan balkon-balkon besi tempa yang elegan. Sungai Seine membelah kota dengan lembut, dihiasi oleh jembatan-jembatan indah seperti Pont Neuf dan Pont Alexandre III, yang menambah keindahan pemandangan kota.

Di pusatnya, Menara Eiffel menjulang tinggi, simbol ikonik yang menyinari malam dengan cahaya berkilau. Montmartre menawarkan suasana bohemian dengan jalan-jalan berbatu dan pemandangan kota yang spektakuler dari Basilika Sacré-Cœur, sementara distrik Le Marais memikat dengan pesona arsitektur kuno, butik-butik unik, dan kafe-kafe yang penuh warna.

Taman-taman yang luas seperti Taman Luxembourg dan Taman Tuileries memberikan oase ketenangan di tengah hiruk-pikuk kota, dengan pepohonan rindang, bunga-bunga yang indah, dan kolam-kolam tenang. Paris juga dikenal dengan kehidupan budaya yang kaya, dari museum-museum terkenal seperti Louvre dan Musée d'Orsay, hingga teater-teater dan galeri seni yang memamerkan karya-karya yang menawan. Setiap sudut kota ini, dari pasar-pasar tradisional hingga kafe-kafe kecil yang bersejarah, menawarkan sentuhan yang sangat indah.

Maka dari itu, tentu saja pria muda bernama Aksara Tamael itu tidak ingin melewatkan kesempatan ia bersama Paris sebelum ia pulang ke rumah nya di Indonesia. Sebab belum sarapan, akhirnya Tama memutuskan untuk mencari sarapan di Paris dengan semangat yang menggebu. Dia melangkah menyusuri jalan-jalan sempit yang dipenuhi aroma kopi dan croissant segar. Setiap sudut kafe dan boulangerie tampak menyajikan pesona tersendiri, dengan vitrine yang dipenuhi pastry berwarna emas dan meja-meja kecil yang mengundang untuk duduk sambil menikmati secangkir café au lait.

Tama berhenti sejenak di depan sebuah kafe yang tampak klasik, dengan kursi-kursi rotan dan meja marmer. Di sana, dia memutuskan untuk duduk dan memesan croissant yang baru dipanggang dan cappuccino yang menggoda, sambil menikmati hiruk-pikuk pagi Paris yang penuh kehidupan.

Tama mendekati meja di kafe kecil yang penuh dengan pesona Paris klasik dan tersenyum ramah pada pelayan. "Bonjour! Je voudrais un croissant au beurre et un cappuccino, s'il vous plaît.". Pelayan tersenyum dan segera mulai menyiapkan pesanan Tama.

Setelah pelayan pergi untuk menyiapkan pesanan, Tama memandang sekeliling dengan suasana kafe yang semakin terasa akrab, dengan suara lembut obrolan pelanggan lain dan aroma kopi yang semakin kuat. Ia meresapi setiap detail dari ornamen kuno di dinding hingga musik klasik lembut yang mengalun di latar belakang.

Tak lama kemudian, pelayan kembali dengan croissant hangat dan cappuccino yang menggiurkan, lalu mulai menikmati sarapannya. Sambil menikmati, Tama memikirkan rute yang disarankan. "Jardin des Tuileries dan Place Vendôme," gumamnya sambil tersenyum.

Setelah menyelesaikan sarapannya, Tama meninggalkan kafe dan ia memulai perjalanan menuju Jardin des Tuileries. Sesampainya di taman disana, Tama terpesona oleh keindahan lanskapnya. Taman-taman yang tertata rapi, kolam-kolam yang berkilauan, dan patung-patung klasik menciptakan suasana yang menenangkan dan memikat. Tama melangkah dengan perlahan, menyusuri jalan setapak sambil menikmati bunga-bunga yang sedang mekar.

 Tama melangkah dengan perlahan, menyusuri jalan setapak sambil menikmati bunga-bunga yang sedang mekar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Photo by: pinterest

Setelah cukup puas menikmati keindahan Jardin des Tuileries. Tama melanjutkan eksplorasi Paris, dengan memasuki sebuah pasar kecil di Rue Cler, yang dikenal dengan keramaian dan produk-produk lokalnya. Dengan kamera di tangan, Tama sibuk memotret berbagai benda menarik di sekitarnya-buah-buahan yang berwarna cerah, keju yang menggoda selera, dan baguette yang baru dipanggang.

Namun, saat ia mengarahkan kameranya ke arah sebuah stand bunga, matanya tiba-tiba tertuju pada seorang lelaki yang tengah memilih bunga dengan hati-hati. Sosok tersebut tampak sangat familiar, dan tanpa sengaja, Tama memotret lelaki itu dari belakang.

Ketika Tama meneliti foto yang baru saja diambil, jantungnya berdegup kencang. Rasa penasaran nya mendorong Tama untuk mendekati lelaki bertubuh tinggi itu.

"Excusez-moi, maaf kalau ini kedengeran nya aneh tapi—".

Lelaki itupun menoleh dan setelah beberapa detik, ekspresi terkejut muncul di wajahnya.

"Tama?" katanya dengan mata yang membulat.









─── ∙ ~εïз~ ∙ ───

Hi! maaf sebelumnya jika ada kalimat/kata yang kurang tepat. Tapi semoga para readers enjoy yaa dengan cerita satu ini!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Favorite; JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang