annaricano
Angin sore menyapu pelan helai-helai rambut Nadine Gavesha yang terurai, saat ia berdiri mematung di tepi taman. Kata-kata yang baru saja meluncur dari bibirnya terasa tajam, menggantung dingin di udara.
"Harusnya kita nggak pernah kenal dari dulu."
Wajahnya tenang, tapi matanya menyimpan badai yang tak terlihat siapa pun-kecuali dirinya sendiri. Di depannya, Kenzo Ravindra menunduk. Pria itu, yang dulu pernah jadi rumah, kini hanya bayangan asing yang berdiri terlalu dekat namun terasa begitu jauh.
"Maaf, Nadine," Ucapannya lirih.
Meskipun Kenzo bersikeras meperbaiki hubungan mereka. Tapi terlambat, semuanya sudah final.
Di sisi lain, dari kejauhan, seseorang berdiri dalam diam. Hanan Melviano. Ia menyaksikan keduanya dari balik dinding emosi yang tak pernah berhasil ia pecahkan. Hatinya penuh tanya, tapi hanya satu yang keluar dari bibirnya-pelan, penuh harap.
"Apa nggak ada kesempatan sama sekali buat gue, Nad?"
Suara itu nyaris tertelan angin. Dan untuk sejenak, waktu kembali diam. Tiga hati bertemu dalam ruang yang sama, tapi tak lagi berjalan pada garis yang selaras.