GaluhCahya8
- Reads 73,696
- Votes 8,494
- Parts 44
Sudah jatuh tertimpa tangga. Sakit. Sakit sekali hingga rasanya tidak masalah andai bumi hancur dan penduduknya dijangkiti virus zombie! Itulah yang Luna rasakan ketika Brandon, suami yang ia incar setengah mati dengan segenap jiwa dan raga, mulai menunjukkan tanda-tanda akan berpaling ke lain hati.
Oh tidak. Salah. SALAH BESAR. Brandon memang sedari dulu tidak memiliki perasaan apa pun terhadap Luna. Pernikahan yang mereka jalani hanyalah berdasarkan simbiosis mutualisme; tidak ada ikatan cinta, terikat oleh perjanjian, dan sekadar hitam di atas putih. Luna mendapat bayaran dan bisa menikmati fasilitas yang dijanjikan oleh Brandon, minus hati dan fisik.
Segala ratapan patah hati telah usai. Usaha mengejar cowok yang bahkan ogah mengapresiasi usahamu harus segera dihentikan. Luna tidak mau makan hati.
Luna tidak sedang patah hati karena ditolak Brandon. Begitu ingatan masa lalu sebagai rakyat jelata budak kapitalis dan korban oligarki merangsek masuk ke ingatan, ia pun sadar bahwa selama ini segala tindakan yang dilakukan olehnya sungguh mubazir dan sia-sia.
Kenapa harus mengejar Brandon? Ada banyak ikan di laut. Tinggal sebarkan jaring dan pancing salah satunya.
"Oke! Cerai! Cerai saja! Yang penting bayaran jadi istri palsu tetap dapat!"
Luna pun menandatangani surat cerai. Dia bahkan tidak berpikir dua kali ketika Brandon mengajukan keputusan pisah. Dia tidak mau jadi karakter sinting yang mati demi memuliakan tokoh utama. Setop!
Akan tetapi....
"Apa kamu nggak pengin jadian denganku?"
Teman yang Luna pikir biasa saja ternyata punya agenda tersembunyi.
"Siapa dia?"
Mantan suami yang seharusnya mengejar bintang utama mendadak menghantui kehidupan Luna yang damai dan tenteram.
Luna tidak paham. Dia bingung! Kenapa rencana hidup damai dengan produktif mendadak terancam hancur? Bukan ini yang ia rencanakan!
"Wuwuwuwu tolong biarkan aku bersantai!"