❝ᴛɪᴅᴀᴋ ᴘᴇʀɴᴀʜ ᴍᴇɴʏᴀɴʏɪ, ʙᴜᴋᴀɴ ʙᴇʀᴀʀᴛɪ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴍᴇɴʏᴜᴋᴀɪ ᴍᴜꜱɪᴋ ɴᴀᴍᴜɴ, ᴋᴀʀᴇɴᴀ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴍᴀᴜ ᴏʀᴀɴɢ ʟᴀɪɴ ᴍᴇʀᴀꜱᴀ ᴛᴇʀᴜꜱɪᴋ ʜᴀɴʏᴀ ᴅᴇɴɢᴀɴ ɴᴀᴅᴀ ʏᴀɴɢ ᴅɪᴍᴀɪɴᴋᴀɴ ʙᴇʀʙɪꜱɪᴋ ᴏʀᴀɴɢ ʙɪꜱᴀ ᴍᴀᴛɪ ᴛᴇʀᴄᴀʙɪᴋ-ᴄᴀʙɪᴋ❞ ❝ᴀᴘᴀᴋᴀʜ ɪɴɪ ʏᴀɴɢ ᴅɪꜱᴇʙᴜᴛ ᴋᴇʟᴇʙɪʜᴀɴ? ᴀᴛᴀᴜ ʜᴀɴʏᴀ ꜱᴇʙᴜᴀʜ ᴋᴜᴛᴜᴋᴀɴ? ꜱᴜʟɪᴛ ʀᴀꜱᴀɴʏᴀ ʜɪᴅᴜᴘ ᴅɪɪᴋᴜᴛɪ ʀᴀꜱᴀ ᴛᴇʀᴛᴇᴋᴀɴ ꜱᴀʟᴀʜ ꜱᴇᴅɪᴋɪᴛ ʙɪꜱᴀ ᴍᴇᴍᴀᴋᴀɴ ᴋᴏʀʙᴀɴ ꜱᴇᴋᴀʀᴀɴɢ ʜᴀɴʏᴀ ʙɪꜱᴀ ʙᴇʀᴅɪᴀᴍ, ᴍᴇɴɢɪᴋᴜᴛɪ ᴛᴀᴋᴅɪʀ ʏᴀɴɢ ᴛᴜʜᴀɴ ʙᴇʀɪᴋᴀɴ❞ ꜱᴛᴀʀᴛ: ᴊᴜᴍᴀᴛ, 05 ꜰᴇʙʀᴜᴀʀɪ 2021

Di dunia, di mana segala hal terjadi. Di mana kamu bisa menjadi apapun. Sean Alzegaf, tumbuh sekeras batu. Merundung dan berlaku sesukanya, ia hidup sebagai cowok paling menakutkan, tidak pernah peduli dengan konsekuensi. Sean hanya ingin merasakan luka. Sebab luka adalah hal yang paling ia inginkan dibandingkan hidup sebagai orang tersayang. Sepanjang hidup ia bertanya-tanya, "Bagaimana rasanya luka?" Sementara Aretha Prameswari masih melangkah, menjejaki satu per satu luka demi menemukan arti bahagia sesungguh. Dengan cara apapun, ia berlaku sesuka hati. Namun, satu hal yang mereka lupakan; sekeras apapun mereka bertindak, dunia tidak akan berkerja sesuai keinginan mereka. Copyright Arinakhai 2021

"Yuki-ya, If the Earth has rain as art of life. Then mine, cry is heart of my life." Kai Keenan, adalah seorang pianis, musisi sekaligus penulis lagu terkenal yang masih dalam tahap pengambilan cuti pasca pemulihan trauma psikis. Semua berjalan normal, sampai pada waktu di mana ia dipertemukan dengan seorang pasien lama kasus serupa. Hayashi Yuki. "Bukan ingin menghalangi, aku tahu rasa sayangmu begitu dalam tapi... bukankah dengan begini akan menyakiti Eithan juga?" Warn : this story contains physical violence and psychiatric trauma content.

"Kan udah gue bilang, jangan pernah nyentuh gue. Karena lo nggak tau hal apa yang akan terjadinya setelahnya." 🍁 This story is purely from the author's imagination. Location, the characters are just imagination.

[COMPLETED] Apakah Lee Yeonjun dapat berubah menjadi manusia normal? Atau selamanya akan menjadi monster idiot yang tidak punya perasaan?

"Lo boleh mati, tapi dengan satu syarat." "S-syarat?" "Harus gue yang bunuh." Algiebra Arcasuara adalah pecundang. Leya bahkan bisa mencium aroma kekalahan dari laki-laki itu dalam jarak seratus meter. Tidak ada yang menarik dari Algiebra, kecuali satu hal; laki-laki itu sangat profesional dalam hal dendam. Hal itu cukup menghibur untuk Leya. Sedangkan bagi Algiebra, Leya Askardewa adalah langit yang kokoh. Perempuan itu kerap kali menakutkan dengan petir dan gunturnya. Algiebra bahkan tidak berani menerka isi kepala perempuan itu. Algiebra terlalu takut untuk menebak lapisan langit. Salah tebak sedikit, bisa saja nyawanya terancam. Tidak ada kesamaan di antara keduanya, kecuali satu hal; cara mereka memaknai kata 'mati'.