Aluna, satu dari sekian banyaknya mahasiswi yang merasakan pahit-asamnya kehidupan perkuliahan. Tingkat kenormalannya jauh di bawah rata-rata namun masih memiliki sekian nol persen kesadaran bersama rekan-rekannya. Berimpian mulia ingin pergi umroh dari kupon kuaci yang sering ia beli meski tak pernah memakannya. Sayang, impian mulianya itu harus tergeser paksa akan suatu keadaan mendesak yang tak begitu penting. "Saya beri waktu kamu sebanyak yang kamu mau." Sumpah, padahal ia sudah berusaha mendorong orang itu sekuat tenaga. Tapi, apakah amarah itu bisa membuat kekuatan seseorang meningkat? "Bahkan sampai ajal menjemput?" Kenapa susah sekali melepas genggaman tangannya? Apalagi posisi keduanya cukup berbahaya, salah-salah bisa membuat orang salah paham ketika melihatnya. "Tidak selama itu, pertimbangkan dengan matang." Aluna menyeringai, sebelum pernyataan dan ancaman itu sudah bercampur, ia harus melakukan sesuatu yang lain. "Jawaban itu pasti akan datang dan akan sangat memuaskan anda. Tapi, jika saya juga merasakan hal yang sama." "Baiklah, mari kita lihat ke depannya." Start : Agustus20 Finish : 14 Maret21

Ketika diusianya yang menginjak fase kedewasaan. Segala daya upaya ia lakukan untuk tetap menjadi manusia waras. Nyinyiran tetangga hingga omelan nyelekit ibunya. Bulan kira masalahnya hanya berpusat pada itu saja, ternyata tidak. Seorang pria yang pernah ia anggap saingan berat mulai bergerak agresif mendekatinya. Tarik-ulur hingga dirinya kepentok roti sobek, didekap erat sampai nafasnya tersendat. "Kamu tidak akan lepas, Lan." Sayangnya saat dia tersandung cinta si beruang madu, kakinya kembali tersandung cinta masa lalu. Menawarkan janji baru yang tak kalah manis dengan penjelasan dari segala rumor buruk tentangnya. "Ini tentang kita, masalah kecil yang membuat kamu menjauh. Saya tahu kamu tidak akan percaya dari mulut ini, tapi apa kamu mau tetap buta setelah dia menjelaskan semuanya?" Kini Bulan dilema besar, kemana pijakan kuat yang harus ia pilih? Jika kedua orang itu juga memberikan kekurangan dan kelebihan yang harus ia terima. "Pusing, nggak bisa pilih keduanya aja apa? Poliadri?" Start : Finish :