Vadnzi
- Reads 241
- Votes 47
- Parts 13
"Asmara hanya melunturkan kewarasan insan." - Yang Abadi.
Hikayat ini ditulis bukan dengan kata sandi dan pena sakti, tetapi dengan darah dusta yang melinangi nafas cinta melintasi maut duka.
Buat siapa seorang perajurit yang abadi, ajal diusung, mati ditentang - goyah di bawah tatapan mata di balik topeng aswad dan bergetar seinci bibir qadar?
Buat dia.
Buat si-
Benteng antar dua buana yang lusuh menjadi mazbah korbannya cinta dua puspa.
Apa mampu-perajurit terazamat dunia, menentang dirinya sendiri, melunturkan ego nafsi, untuk merangkul bibir itu dinihari?
(I yearn for a yearning man - penulis)