Cumulonimbus idiot, Cumulonimbus mesum, Cumulonimbus gila, Cumulonimbus tampan, Cumulonimbus-ku. Dia, Rama, Si Cumulonimbus. Dia yang kelabu. Dia yang sulit kugapai. Aku tahu cerita sejenis ini sudah sering diangkat. Tapi, aku ingin menceritakan kisahku. Tentang Si Cumulonimbus dan tentang perasaan untuknya yang kusimpan dalam pandora. Aku ingin menceritakannya. Siapa tahu, Si Cumulonimbus juga diam-diam membaca cerita ini. Jangan ditanggapi terlalu serius, anggap saja ceritaku hanya sebuah tulisan untuk perasaan yang tak terucap. . . . . Nulis itu ga segampang ngejitak kepala Rama atau nebak warna celana dalam Rama. Jadi, tolong jangan di plagiat, yaaaa.... Illustration by: gracg.com

Hanya oret-oretan dari perasaan yang tak bisa kusuarakan untuknya, Arez Mahdiaz Arkatama, pemilik senyum secerah daffodil. [Tulisan ini diikutsertakan dalam kontes menulis surat untuk cinta pertama oleh Young Adult Indonesia] 26.09.2020

Sequel CUMULONIMBUS. Dapat dibaca terpisah. *** Ini bukan lagi kisah tentang dia yang kelabu, atau tentang inginku memutar waktu. Ini tentang dia, Rakha Satria Mesyaputra, Arcturus-ku. Seseorang yang ketika bersamanya, aku ingin waktu membeku. Cerita ini, biarlah terkisah bait demi bait ... agar yang semestinya abadi, tidak hilang dilarung masa. 21.01.2021