Di sebuah desa nan jauh di pelosok negeri, penduduknya hidup dengan damai, saling membantu, dan penuh kehangatan. Desa itu terletak di lembah subur, dikelilingi oleh pegunungan yang menjulang tinggi dan sungai yang mengalir jernih. Penduduknya menjalani kehidupan sederhana, tetapi bahagia dengan apa yang mereka miliki. Salah satu penduduk desa itu adalah Adèlle, seorang gadis yang tumbuh dalam keluarga kecil yang hangat dan penuh kasih sayang. Ayahnya seorang petani yang bekerja keras di ladang, sementara ibunya mengurus rumah serta menenun kain untuk dijual ke kota terdekat. Meskipun hidup mereka tidak mewah, mereka tidak pernah merasa kekurangan. Bagi Adèlle, kebahagiaan adalah ketika ia bisa bermain di ladang bersama teman-temannya, mendengar cerita nenek di sore hari, atau membantu ibunya menenun sambil berceloteh riang. Namun, semua berubah ketika perang dunia ke-2 pecah. Suasana damai desa itu seketika hancur oleh gemuruh ledakan dan derap sepatu tentara yang datang tanpa peringatan. Rumah-rumah terbakar, orang-orang berlarian menyelamatkan diri, dan dalam kekacauan itu, Adèlle terpisah dari keluarganya. Tangisannya tenggelam dalam hiruk-pikuk perang, dan sebelum ia menyadarinya, ia telah sendirian, tanpa siapa pun di sisinya. Sejak hari itu, kehidupan Adèlle berubah total. Ia harus bertahan hidup seorang diri, berkelana ke berbagai penjuru dunia, berpindah dari satu tempat ke tempat lain, mencari perlindungan, dan berusaha menemukan keluarganya. Setiap hari adalah perjuangan, menghadapi kelaparan, bahaya, dan ketidakpastian. Namun, harapan untuk bertemu kembali dengan keluarganya tetap menyala di hatinya, menjadi satu-satunya alasan ia terus melangkah. Akankah Adèlle berhasil menemukan keluarganya yang telah lama terpisah? Ataukah takdir telah merencanakan jalan yang berbeda untuknya?