Diandra tersentak merasakan nyeri mendalam pada perutnya, rasa panas menusuk, darah mengalir cepat. Pandangannya kabur, lututnya goyah. Mulutnya bergetar menahan sakit. "Dari awal... Adriel Reymond memang milik gue, Jasmine..." senyumnya tipis, getir. "Lo mungkin punya segalanya. Tapi Rey... akan selalu milik gue." ......... Di sekolah, aku memiliki sahabat... dia segalanya yang aku impikan. Dicintai, dimanja, dimiliki. Aku iri? Tentu. Tapi aku juga mencintainya... sebagai sahabat. Hingga suatu hari, takdir mempermainkan kami. Kami jatuh cinta pada orang yang sama. Demi dia, aku menyembunyikan cintaku sendiri. Bodoh? Mungkin. Tapi hatiku terlalu percaya, terlalu buta. Sampai akhirnya, sahabat yang paling aku percaya... menjadi tangan yang menghancurkanku. Cinta bisa mengubah sahabat menjadi pembunuh. Kini aku hanya bisa menyesal dalam diam. Namun aku sadar, di atas makamku, seseorang menangis sepenuh hati. Dia yang mencintaiku lebih dari yang aku tahu. "Tuhan... jika aku bisa kembali, aku tak ingin melepasnya lagi. Aku ingin memeluknya, dan memastikan kali ini... cinta itu milikku, selamanya."