chocociya
- Reads 50,400
- Votes 2,893
- Parts 67
Di SMA Tirtayasa, senyum bisa berarti banyak hal - sebagian tulus, sebagian lagi cuma topeng dari rasa yang belum selesai. Di antara senam pagi yang kacau, bangku kantin yang selalu rebut, dan tatapan yang saling berpapasan tapi tak pernah benar-benar bersinggungan, tiga nama terus saling berputar di kepala. Richelle, Marcel, Ashila.
Richelle Maurellea Teriaz - gadis IPA yang selalu tampak tegar, selalu rapi, memukau, selalu tahu cara menjaga jarak. Tapi siapa sangka, di balik kesan itu, ia menyimpan serpihan masa lalu yang belum berhasil ia buang?
Ardhaniel Marcelio Alveric, mantan yang tidak benar-benar pergi. Bibirnya bisa tertawa bersama orang baru, tapi matanya masih tersangkut di punggung Richelle, mantannya. Berharap sesekali gadis itu menoleh, walau hanya sebentar.
Ashila Azaline Calista, bukan lagi bagian dari Marcel, tapi belum benar-benar selesai juga. Ia menatap dari jauh - bukan berharap kembali, tapi hanya ingin tahu... apakah ia masih sempat dikenang, walau sebentar?
Cerita ini bukan sekadar tentang cinta dan perpisahan. Ini tentang melepaskan, namun enggan melupakan. Tentang menatap seseorang yang pernah menjadi rumah, tapi kini hanya bisa disapa dalam hati. Tentang keberanian untuk bersikap biasa saja, padahal dalam diam: masih ada rindu yang belum reda.