"Kayaknya kita bisa bikin tren, deh, Zi." "Maksudnya?" "Kayak tren 'Pernah gak sih lo ke nikahan ortu lo sendiri?'." Hidup gadis berambut sedada itu benar-benar berputar konyol setelah mengetahui sebuah fakta mengejutkan yang ia terima di pagi hari. Tidak berhenti di situ, mengenal sejumlah anggota keluarga besar baru akibat ketambahan nenek baru membuatnya tak habis pikir mencerna segala yang terjadi. Tapi, siapa sangka, pertemuan dua insan berusia senja di pelaminan itu justru mempertemukan Ziana dengan jalan hidup yang tiada pernah terukir dalam bayangannya. Sontak berbagai perasaan beraneka ragam membanjiri tiap melangkah, kesulitan menyadari sekelibat kisah manusia yang sama sekali berbeda jauh dengan kesehariannya. Baiklah, tiada mengapa, Ziana memiliki Bisma yang selalu bersedia menemaninya menyambung napas. Sekalipun keberadaan Adenan mewarnai kanvas jiwanya belum lama ini, gadis itu justru tidak dapat menerka siapa yang meledakkan kembang api di langit takdirnya.