Hujan tidak selamanya menjadi sosok antagonis. Hujan tidak selamanya menjadi kesalahan di antara kehidupan. Namun, hujan ternyata mampu menjadi jembatan pertemuan bagi dua hati yang saling menyebut nama dalam doa sepertiga malamnya. Hujanlah yang menjadi teman perjalanan dalam pencarian tulang rusuk seorang lelaki yang dititipkan di dalam seorang gadis yang namanya sudah tercatat dengan jelas di atas langit. Di antara lembar-lembar suci yang dituliskan Tuhan dan diaminkan malaikat. Buku ini merupakan kumpulan prosa yang menjadi jembatan itu. Jembatan untuk menemukanmu. Bab-bab yang muncul berikutnya merupakan prosa jilid dua yang dimulai dari Januari 2017, setelah jilid satunya telah diterbitkan oleh sebuah penerbit.

Suatu waktu, aku berharap Selasa akan berakhir untukku. Hari pertemuan pertama kita. Hari di mana aku memberimu sepotong surat. Hari di mana segala harap itu hancur; Kamu pergi. Untuk selamanya. Semestaku hancur. Aku kehilangan kata-kata. Aku tak sanggup menjalani hidup seperti ini. Membiarkan pekat gelap menyelimuti dan terjebak dalam dunia yang kini terasa asing. Hari ini aku memastikan satu hal: aku ingin menyusulmu. Mungkin, itu memang satu-satunya jalan.