Dari segala luka lara yang semesta lumurkan di dasar atma. Dari beragam bentuk konsonan payah yang tersendat pelik di relung jiwa. Dari berjuta bela sungkawa yang diliputi petaka luar biasa di tapak raya. Hingga akhirnya, pilihan berlandas di samudra suka cita setelah lama terpaku dalam lautan duka. Pilihan yang dulunya setengah waras mencari rumah di tengah hutan Antartika; membekukan nalar menjadi alur liar. Ya. Aku menyerah: untuk cinta: untuk rasa: untuk bahagia. Sebab nyatanya, p u l a n g tidak pernah disambut b a i k oleh abjad nama yang telah l a m a terukir di sudut h a t i. Sepertinya, memang sudah saatnya menjangkau langkah baru dalam lembaran yang takkan lagi kubiarkan layu. ****