tofutofa
Arghienata-atau Arghie, begitu ia biasa dipanggil-lahir dan tumbuh di pinggiran kota Bogor dari keluarga sederhana. Ayahnya hanya lulusan SD dan ibunya penjual nasi uduk. Hidup yang serba pas-pasan membuat Arghie belajar banyak tentang kesabaran, diam-diam memendam mimpi, dan menelan pahitnya realita sejak kecil.
Di usia remaja, Arghie harus berjuang menghidupi dirinya sendiri setelah ditinggal ayah kandung secara misterius. Kehilangan itu menyisakan luka dalam-rasa sesak, dendam, dan tangis yang tak sempat ia bicarakan dengan siapa pun. Dunia tidak memberinya banyak pilihan, kecuali menjadi kuat sendirian.
Namun hidup tidak sepenuhnya gelap. Arghie menemukan dua sahabat sejati, Nino dan Reza, yang menjelma menjadi rumah di tengah kekacauan hidupnya. Mereka menyebut diri sebagai "Trio Seblak"-pertemanan yang pedas, rame, tapi juga menghangatkan. Bersama, mereka menjalani tawa, air mata, jatuh bangun, dan perjuangan masa muda yang tak mudah.
Cerita ini bukan tentang pahlawan super. Tapi tentang seorang anak lelaki biasa, yang belajar menerima kenyataan, memeluk luka, dan tetap berjalan walau sendiri. Tentang bagaimana bertahan hidup di tengah keterbatasan bukanlah kelemahan, melainkan keberanian.
"Bukan salahmu kalau akhirnya kamu terbiasa sendiri. Tapi jangan lupa-kadang, pelukan paling tulus datang dari arah yang tak terduga."