Janaka Danapati Indra tidak peduli bagaimana semua orang mendeskripsikan Gianni Adhara Soerja. Persetan dengan kelembutan, keramahan, kesabaran, ketenangan, kecerdasan, atau segala hal baik yang tersemat padanya. Bagi Janaka, wajah cantiknya mampu menggambarkan satu hal, bahwa hidupnya akan selalu disertai kemudahan. Dan itu memuakkan. Pengalaman hidupnya sudah membuktikan, bahwa dia selalu sial jika berurusan dengan wanita cantik. Terakhir kali, dia bahkan sampai ditendang dari perusahaan hanya karena berkata jujur. Jadi kali ini, dia akan menutup mata, telinga, mulut, dan segala indera yang dia punya, terhadap segala hal yang berhubungan dengan makhluk satu itu. Namun sepertinya dia lupa, ada satu bagian yang tidak bisa ditutupi, sekuat apapun dia ingin. Hatinya.

Tiga tahun ini Kalya mengenal Radit lebih dari sekedar teman kantor. Bersama tiga orang lainnya, mereka sering menghabiskan waktu bersama. Di luar 'kelakuan' Radit yang menyebalkan jika berurusan dengan wanita, Kalya juga ketiga temannya sepakat kalau Radit adalah teman yang baik. Semua berusaha memahami bahwa setiap orang berhak memilih jalan hidupnya, termasuk Radit. Namun semua kacau saat mereka tahu kalau Radit menaruh hati pada Kalya. Semua jelas tidak setuju. Apalagi ada kandidat lain yang menurut mereka jauh lebih pantas untuk Kalya. *** "Emangnya patokan nyaman itu apa, sih?" "At the end, all we need is someone that we can talk to about anything." Warning 18+ Sama sekali BUKAN cerita erotis, tapi membutuhkan kebijakan bagi yang membaca

Janitra Rayya Kusuma merasa hidupnya sudah sempurna dengan memutuskan untuk tinggal kembali dengan kedua orang tua yang menyayangi, saudara yang selalu mendukung, dua keponakan yang lucu, teman-teman yang menyenangkan, juga pekerjaan yang sesuai dengan impiannya. Seharusnya dia hanya perlu menjalani hidupnya ke depan, menikmati tawaran kasih sayang lainnya dari lelaki yang potensial sebagai teman hidupnya. Seharusnya. Hingga hadirnya seseorang dari masa lalu, mengingatkannya pada sikap posesif yang membuatnya gerah. Namun kebetulan yang membuat keduanya sering bertemu, membuka hal-hal yang sebelumnya tidak Jani tahu. Menyentuh Jani dengan kerapuhannya hingga akhirnya rasa iba berubah menjadi perhatian yang menjadikan mereka kembali terikat. Membuat Jani berada di persimpangan, memilih masuk ke zona nyaman atau zonanya mantan?