De-Nino
Kania Anindya (18) menganggap hidup adalah serangkaian jadwal yang harus dipatuhi-sebuah Agenda Merah Marun yang kokoh. Aturan ketat ini adalah benteng pertahanannya setelah Dirga, cinta pertamanya, mencampakkannya dengan kejam dan satu kata: Bosan.
Pukulan terberat datang ketika Kania mengetahui Dirga kini berpacaran dengan Shasa, teman sekelasnya sendiri, mengkhianati harapan Kania yang kesulitan mendapatkan penutup dan tidak bisa move-on.
Ironi datang dalam bentuk Axel Van Der Hout (20), sepupu jauhnya dari Belanda, sang Variable kekacauannya yang arogan dan dingin. Axel, yang fasih bicara Indonesia, terpaksa tinggal satu atap dengan Kania demi riset arsitektur dan kebudayaannya.
Kedatangan Axel langsung menghancurkan Agenda Kania. Cekcok dan adu bacot di antara mereka tak terhindarkan. Namun, gesekan itu perlahan berubah menjadi ketegangan yang terlarang-dipicu sentuhan tak terduga dan ciuman yang disengaja.
Di tengah hubungan Axel dan Kania yang semakin intens, Dirga kembali mendekati Kania. Bukan untuk merebutnya kembali, melainkan untuk memberikan penutup-mengungkap alasan sebenarnya di balik pengkhianatan yang selama ini menyiksa Kania.
Kania kini berada di persimpangan yang mustahil: kembali pada ilusi cinta masa lalu yang menyakitkan (Dirga) atau melangkah menuju cinta terlarang yang dewasa dan berisiko (Axel).
Kania harus menghadapi pilihan yang mustahil: apakah cintanya pada Axel telah melewati batas tabu kekerabatan yang tak terhindarkan? Di saat Axel harus kembali ke Belanda, apakah Kania akan berani melanggar semua aturan dan menempuh jarak, menemukan bahwa takdir sesungguhnya menantinya di hamparan bunga tulip yang jauh?