Tujuan Lara sederhana. Belajar dengan tekun dan memperoleh peringkat tertinggi di sekolah, lalu masuk ke universitas impiannya. Hanya saja, ada satu masalah: Vance. Saingannya sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, seorang jenius yang selalu selangkah lebih maju darinya. Tidak peduli seberapa keras Lara berusaha, peringkatnya selalu dengan mudah dikalahkan oleh Vance. Dapatkah Lara membuktikan bahwa kerja keras bisa mengalahkan bakat alami?

Bagi Gianella, hidupnya sudah cukup sempurna; memiliki keluarga yang hangat, sahabat-sahabat yang setia, dan juga seorang pacar yang katanya mencintainya. Hingga suatu hari, ia memergoki sang pacar berselingkuh dengan gadis lain... membuatnya murka sekaligus patah hati. Meskipun begitu, keempat sahabatnya tetap setia menyemangatinya; Elodie yang ceria dan manis, Clarence yang penuh sarkasme tetapi setia kawan, Leonard si pendiam yang perhatian, dan Rhys yang banyak bicara namun hangat. Seiring perjalanan dan usahanya untuk move on, Gianella perlahan menyadari hal-hal yang selama ini ia abaikan... termasuk perasaan seseorang, yang mungkin sudah menunggunya sejak lama.

"Aku benar-benar menunggu hari di mana pedangku dapat menebas mulutmu, Seruphine." Pertemuan Mashoto Evershire dan Elysian Seruphine diawali dengan pedang yang menempel pada sisi leher satu sama lain. Bahkan seisi militer Kerajaan Daenarix pun tahu seberapa kuat nafsu membunuh pada dua manusia itu. "Akan kupastikan jantungmu adalah hal terakhir yang akan kutusuk dengan pedangku, Evershire." Lalu apa jadinya bila kedua manusia itu dipaksa tinggal dalam kediaman yang sama demi menuntaskan tanggung jawabnya? Mungkinkah semua akan tetap sama, atau justru timbul pemahaman bahwa mereka hanyalah sepasang manusia yang penuh luka? - start: 9/3/25 - #1 hatred [11/8/25] #2 sastra [11/4/25] #9 pedang [20/8/25] #31 musuh [20/8/25] #32 enemy [20/8/25]

[Fiksi Remaja - Drama - Romansa] Memangnya jatuh cinta pada pandangan pertama itu ada, ya? Ada. Hanin salah satu contohnya. Awalnya, sih, dia biasa-biasa aja sama pendapat tersebut. Malah Hanin sempat enggak percaya. 15 tahun hidup di bumi pertiwi, Hanin enggak pernah naksir yang naksir banget sama orang, apalagi pada pandangan pertama! Tetapi, sejak hari pertama MPLS, semua jadi berbeda. Sejak pintu kelas terbuka, ia merasakannya. Jatuh cinta ... pandangan pertama ... pada orang itu, Ahmad Jinandra.

Adista, senior human resource tergalak seantero perusahaan, tidak pernah menyangka jika sang calon mantan suami kembali lagi ke hidupnya sebagai rekan kerja satu divisi. Situasi menyebalkan tersebut diperumit oleh adanya peraturan "no dating with coworker" yang telah diterapkan sejak lama. Pertemuan mereka merupakan suatu ketidaksengajaan, yang sialnya, tidak terelakkan. "Bian, ini antara kamu atau saya yang resign. Nanti apa yang bakal diomongin orang-orang kalauㅡ" "Kalau apa? Kalau mereka tahu kamu kabur dua hari sebelum kita menikah?" Niat Adista mengusir Bian secara halus selama masa onboarding tidak berjalan semudah itu, karena salah satu wishlist utama Bian adalah ingin melihat Adista marah-marah setiap hari dan ... membuatnya jatuh cinta lagi dengan berbagai kejutan absurd. Sayang, Bian yang terlalu dekat justru mengusik rahasia yang seharusnya tetap dikubur dalam-dalam. Warning ᝰ.ᐟ ▸ Mengandung unsur keluarga patriarki (kekerasan fisik dan psikologis) ▸ Sexual assault. ▸ Trauma and suicidal ideation. ▸ Eating disorder. Published on 11 August 2025 Status: Ongoing (updated every Monday)

[15+] [END] Gema awalnya tak mau peduli banyak tentang Disa. Apalagi ketika Disa seenak jidat order brownies dan macaron lewat dirinya. Tapi, setelah melihat cewek itu tampil marching ... kok hatinya kayak geter gitu, ya? *** Gemilang March Wiratanika, biasa dipanggil Gema (singkatan dari nama depan dan nama tengahnya), cuma murid pasif yang kebetulan punya toko kue keluargaㅡdikelola oleh sang Ibunda. Cowok itu tidak pernah mempromosikan ke sekolah, tentu saja. Toh, sang Ibunda sudah punya customer langganan yang setia. Lalu, suatu ketikaㅡdi saat jam istirahat pertama, ada siswi kelas lain yang mau jadi customer lewat Gema. Namanya Ayudisa Pramoedya. Si cewek anggota aktif marching yang bahkan jadi center perfomance untuk lomba. Tanpa alasan spesifik, Gema mengiyakan pesanan pertama Ayudisa. Meski jauh dalam lubuk hatinya dia sedikit kesal dan tak terima. Namun, siapa sangka orderan di antara keduanya malah membawa Gema ke dalam perasaan-perasaan rumit yang ingin sekali ditangkis olehnya? Dan juga, di tengah penyangkalan-penyangkalan Gema mengenai perasaannya terhadap Ayudisa, bagaimana jika tiba-tiba dia harus menghadapi ini-itu tentang Harsa Prayogaㅡsi drummer band sekolahㅡyang, sialnya, masih berkaitan dengan Ayudisa? *** SMADYA series: Rhythm in Our Hearts. © 2024, edlynnona. work of fiction. #1 - indonesia (dari 214rb cerita) [24/09/25] #1 - love (dari 267rb cerita) [05/10/25] #1 - school (dari 84,8rb cerita) [05/10/25] #1 - teenlit (dari 31,8rb cerita) [05/10/25]

(SLOW UPDATE) Di tempat ini, manusia digambarkan sebagai pemilik cahaya. Ukuran dan warnanya berbeda-beda. Namun sayang, tak semua orang menyadari keberadaan cahaya itu --- Semua orang mengira Geo sempurna. Atlet jenius, populer, dan selalu tersenyum. Tapi tak ada yang tahu, dia menyimpan luka yang tak bisa disentuh siapa pun. Sampai Melody datang. Tenang, satu kata yang mampu mendeskripsikan seorang Melody. Tak banyak bicara, tak banyak berekspresi. Gerakannya lembut, pelan bagai angin sore bertiup. Melody yang terlalu akrab dengan hening, justru menjadi tempat ternyaman bagi Geo. Tapi saat masa lalu mulai menguak luka terdalam Geo. Rumor, pengkhianatan, dan aib yang dimanipulasi-semuanya runtuh. Karier Geo hancur, namanya dibakar. Dan di tengah kegelapan itu, hanya sedikit cahaya kecil yang tersisa. LUMEN adalah kisah tentang luka yang tak terlihat, cinta yang tumbuh dalam diam, dan perjuangan untuk tetap bertahan ketika dunia memaksamu menyerah. Dibalik setiap kisah manis, tersembunyi luka yang begitu dalam. --- "Geo, kalau kamu jatuh cinta. Kamu suka sama orang kayak apa?" - Melody "Yang..baik? Cukup tenang, di tengah dunia yang berisik-dia, jadi sumber ketenangan." - Geo