keane11xnd
"Sa, nggak semua lomba itu ... bisa kamu menangkan," ucap Kenan sambil menatap atlet-atlet yang berdiri di atas podium. "Tetapi setiap lomba yang kamu hadiri, bisa memberi kamu kenangan," lanjutnya sambil tersenyum sendu.
Lalu secara tiba-tiba Tirta muncul entah darimana dan merangkulnya. "Bener tuh, nggak apa-apa kalau kamu belum menang. Aku tetep bangga kok, kamu masih bisa latihan lagi, lagi dan lagi. Nge-improve teknik kamu, ganti anak panah kamu yang udah lama itu. Percaya sama aku, momen emas kamu itu jangan ditunggu, tapi jemput dengan cara berusaha semaksimal mungkin," sahutnya panjang lebar, menambahi kalimat Kenan dengan penuh pengertian.
Itu adalah momen yang masih teringat dengan sempurna dalam ingatan Yaksa. Semenjak itu, semua medali yang kini ia dapatkan dan latihan yang menjadi rutinitas hariannya ia anggap sebagai kenangan yang tak pernah hilang sampai kapanpun itu. Medali-medali itu harus disimpan dengan baik.
Panahan milik dirinya dan teman-temannya yang lain juga menyimpan cerita-cerita yang mungkin hanya Yaksa sendiri yang bisa memahaminya.
Makanya, bagi Yaksa, dunia panahan adalah segalanya.
Namun dihari itu, ia harus menerima kenyataan pahit jika ia harus berjuang sendiri di atas lapangan hijau. Tanpa Kenan sang pelatih, teman-teman satu timnya dan tentu saja, Tirtayasa Werkudara satu-satunya support system terbaiknya. Sorak-sorai penonton tak sebanding dengan sorak-sorai dari timnya yang penuh dengan semangat.
"Mas Tirta, sekarang aku wujudkan impian kamu."
Versi novel dari AU yang- udah lah ngga ngerti dilanjut apa engga :')
n) dilarang menggunakan semua nama tokoh dalam cerita ini untuk keperluan role player / RP / bot dan sejenisnya.