Aoi_Shion
Mereka berlari di sepanjang jalan longsor itu, pada tanah yang menapak jejak-jejak yang tak meragu untuk terus tenggelam bersama gumpalan tak berarti selain kebebasan, pontang-panting melewati banyaknya pepohonan tua yang 'kan segera gugur kala musim dingin menerpa, adapun mentari bersiap 'tuk lebih terang di kemudian bulan. Kerikil yang berjejer tak beraturan, semak-semak yang tak ambil urus seolah menjadi saksi kengerian malam tanpa bintang.
Ah, kedua anak laki-laki itu terus berlari, berlari, dan berlari dengan terengah-engah. Keringat mengucur, menambah adrenalin saat sesekali menoleh ke belakang, pada sekumpulan orang-orang berbaju hitam yang tak segan menyisir segala halangan di hutan lebat itu dengan senjata mereka. Kalung salib yang dia kenakan mengikuti kemana dia melangkah, seraya memantul terang pada sang safir dibalik kelopak porselen itu, memberi cermin bahwa di sana, di kedua mata itu hanya ada ketakutan yang menggonggong keluar tanpa jeda.
"Berhenti kalian! Jangan lari! Kembali ke sini, brengsek!"
Teriakan mereka menggema, bersama gagak yang berterbangan ke sana kemari, membuat malam semakin mencekam, kala kabut mulai membayangi.
Betapa nahas, jurang tepat berada di ujung hutan itu. Begitu curam dan gelap, kedua anak laki-laki itu tanpa ragu untuk melompat ke sana. Suara deburan air, menjadi pertanda bahwa segalanya telah berakhir di sana. Tepat ketika bulan tidak lagi sudi menapak pada belaian langit.
WARNING ‼️⚠️
- This is original story
- This is my headcanon
- Sensitive content/abuse/bad word
- DO NOT COPY MY WORK
Boboiboy © Monsta