[sudah diterbitkan oleh penerbit Bukune] Ini tahun terakhir saya di SMP. Dengan segala ke-labilan khas anak remaja SMP, semua orang sibuk belajar buat UN. Tetapi rasanya saya agak salah fokus. Duduk di kelas berisi makhluk-makhluk aneka rupa - Saya nggak bisa nggak bikin cerita tentang kelas sableng ini. Lagipula, sekolah nggak cuma buat nilai aja, kan?

UPLOAD FULL PINDAH KE MANGATOON -- Kata sebagian orang tidak ada yang namanya dua sahabat antara laki-laki dan perempuan, yang ada hanyalah cinta yang bertepuk sebelah tangan atau perasaan keduanya yang sedang bermetafosis menjadi sesuatu yang berbeda, benarkah?

(WRITER'S BLOCK, BAKAL GAK UPDATE LUMAYAN LAMA) Veronica Wood adalah campuran dari hal-hal yang dihindari oranglain. Dengan ayahnya yang pembunuh bayaran, serta ibu yang bahkan tidak dia kenal Veronica tumbuh dengan penjahat di sekelilingnya. Adonis Archers, dengan usia 24 tahun, pengangguran, serta tidak memiliki banyak uang untuk hidup, Adonis hidup dengan liar. Melegalkan segala cara untuk mendapat uang. Malam tahun baru, Dewi Fortuna memutuskan untuk mengubah nasib Adonis. Malam itu, ketika dia hampir berhasil mengambil beberapa dollar dari dompet Veronica, benda tajam yang tidak lain adalah pisau, mendarat di lehernya. Pertemuan pertama mereka, tidak berlangsung dengan baik. Adonis dengan mengejutkan, memutuskan untuk mencari wanita misterus yang meninggalkan segaris bekas luka di lehernya. Yeah, siapa sangka akhirnya mereka bertemu? Dengan keadaan yang sama, dengan jangka waktu lima tahun. Kekagetan Adonis tidak bisa digambarkan, sedangkan Veronica benar benar tidak mengenali Adonis. Lalu, perjalanan mereka dimulai ketika akhirnya Adonis memutuskan untuk mengikuti Veronica menjalankan tugas ayahnya. Menggali rahasia orang yang bisa dibilang menjadi salah satu orang paling kaya di dunia, serta membunuh putra tunggalnya. Keberadaan Adonis benar benar mengejutkan. Veronica memiliki perasaan bahwa mungkin dia sebenarnya mengenal Adonis.

Catatan penulis : Alur suram dan membingungkan, banyak typo. *** Siapa kau, pengelana, yang tak punya nama? Hanya pembawa pesan, untuk disampaikan. Wahai pembawa pesan, pada siapa kau bertuan? Aku hamba setan, Si Pembawa Kematian. Ujarnya, diiringi tawa. Namun lagit menangis, diatas kepala. Ya, langit menangis, diatas mayatnya. *** tambahan : cerita ini cuma buat iseng-isengan, jangan berharap ada 'pesan moral' tersembunyi, apalagi 'kutipan(quote)' keren.