mnsia_ye
- Reads 124
- Votes 18
- Parts 15
Tahun 1913, di bawah panji kerajaan Belanda, tanah Jawa menggigil di tengah suara palu baja dan cambuk pengawas.
Di proyek besar pembangunan jalur kereta Semarang-Bandung, seorang insinyur pribumi bernama Raden Suryo Adimanggala berdiri di antara dua dunia: kemajuan dan pengkhianatan.
Ia membangun besi untuk penjajah, tapi di hatinya menyimpan api perlawanan.
Di sisi lain, Elisabeth van Rijn, putri pejabat kolonial, menulis dengan tinta rahasia tentang kebebasan yang tak boleh diucapkan.
Bersama mereka, rel-rel baja itu menjadi saksi: cinta yang lahir di bawah penjajahan, ambisi yang berlumur darah, dan pengkhianatan yang menunggu di setiap ujung rel.
Karena di negeri ini, bahkan kemajuan pun berdiri di atas Besi Para Pengkhianat.