"gelap sekali di sini" "enggakpapa. perjalanannya baru saja dimulai" "kalau nanti kecapekan di jalan, bagaimana?" "kalau gitu, istirahat. kemudian, jalan lagi. setiap terowongan pasti memiliki ujung, setiap gelap pasti akan menjumpai terangnya" "aku bisa bahagia, kan?" "bisa. aku janji, kamu bisa bahagia lagi. meneruskan perjalanan yang sudah nggak berarah itu hanya bikin lelah. kamu cuma perlu istirahat. nanti bahagia itu akan datang lagi" "jadi, aku bisa bahagia lagi?" "ini hanya persoal waktu" "begitu?" "hanya persoal waktu." ilustrasi cover diambil dari: absurd.design

[Telah terbit: Bukune, 2019] Sebuah kolase kata dan rasa. Tidak kasatmata, tapi bernyawa. Vol. 02 Komposisi : 50% Debur Air __________ #553 in Poetry (27/10/17) #463 in Poetry (28/10/17) #404 in Poetry (26/11/17) #326 in Poetry (09/03/18) #202 in Poetry (10/03/18) #182 in Poetry (11/03/18)

Berisi sekumpulan kisah yang ditulis untuk melepaskan diri dari udara yang menyesakkan; dari kata-kata yang tak sempat terucapkan, atau dari luka yang belum sembuh.

Ada yang kucemburui diam-diam tentang kesetiannya padamu yang mengalahkanku telak: September. ©2017

sehimpun puisi jelek. illustration by aigaeyeondesign 2020-2021

untuk arunika yang saya puja, selamat tanggal dua puluh tiga!

I hate July because if this were poetry I would run to my cat's cemetery.

ayahmu tumbuh di halaman belakang. ia belajar memanen ubi, memelihara anjingnya yang tinggal satu dan membuat telur paskah palsu. ia membenci anaknya yang tinggal satu. setiap sore kepalanya menjadi sekolah yang tidak belajar. ia tumbuh harum menjadi bau rambutmu dan kian mahir membawamu ke kamar dan memeluk kita sampai kita mati di dalam peti. nb: if you wanna repost the poems in this book, give credit or ask permission from the author.

"Aku mencintai rasa sakit ini, seperti ketika pertama kali aku mencintaimu. ku dekap kesepian diri--sebagaimana memeluk tubuhmu pada masa-masa yang lalu."

Kau ada diantara debur ombak pukul satu pagi kemarin. ©rosieym 2019 cover: pinterest