rasyidatuz
Dia kembali membuka buku hariannya di penghujung senja. "Aku tidak pernah tahu siapa tuan dari rindu yang kurasakan. Banyak rindu yang aku sendiri tak tahu dia ada untuk siapa." Dengan ragu tangannya membuat titik yang mengakhiri kalimat singkatnya. Ditopangnya dagu lancip itu sembari mengamati senja yang tampak begitu menawan dari jendela kamarnya. Sepasang netra itu terpejam, merasakan hembusan angin lembut yang menyapu wajahnya lalu sebuah suara yang kembali menyapa telinganya membuat raut tenang di wajah pemuda itu berubah menjadi raut frustrasi.