"Bang! Kutembak kau." "KULEDAKKAN KEPALAMU SIALAN!" "Wkwkwk" . . . Status☆On Going Genre☆ Romance, Action, Comedy Rate☆ 15+ Boku no Hero milik Horikoshi-sensei seorang. Story☆Kiraa Start☆ 7 April 2020 End☆- ⚠Don't copas my story⚠ Happy Reading^^

Niatnya hanya berekreasi untuk mengisi waktu liburan musim panas. Hanya dua belas orang yang pergi ke sebuah carnival yang hanya diadakan 2 tahun sekali. Namun siapa sangka ternyata tempat rekreasi itu sudah ditinggalkan sejak berpuluh puluh tahun lalu. Lalu bagaimana dengan nasib mereka?

Bertahan hidup dengan dikelilingi para kanibal? Siapa yang kuat? Tentu saja mereka bertujuh. [ 𝗕𝗢𝗕𝗢𝗜𝗕𝗢𝗬 𝗙𝗔𝗡𝗙𝗜𝗖 ] Sebuah virus menyebar cepat di seluruh penjuru kota di Pulau Rintis. Virus yang membuat manusia tak lagi memiliki hati nurani, virus yang membuat mereka saling menyakiti, virus yang membuat mereka menjadi seorang kanibal. Ke-7 saudara kembar itu terkurung di kota tersebut. Ini bukan tentang siapa menang siapa kalah, ini tentang ingin hidup, atau mati. Sadrah berarti pasrah, sadrah berarti putus asa, sadrah berarti pesimis. Itulah kondisi yang saat ini mereka rasakan, pasrah. Kondisi dimana mereka menyadari bahwa di sekeliling mereka hanyalah seseorang yang tak lain tak bukan adalah seorang 'kanibal' yang siap menerkam mereka apapun yang terjadi. Mereka menyunggingkan senyum, senyum keramat yang akan membawamu ke dasar neraka. ⚠️ 𝗪𝗔𝗥𝗡𝗜𝗡𝗚 ⚠️ -𝗞𝗮𝗿𝗮𝗸𝘁𝗲𝗿 𝗕𝗼𝗕𝗼𝗶𝗕𝗼𝘆 ( semua karakter milik Monsta, saya hanya meminjamnya saja, tak ada unsur komersial yang saya dapatkan. #justforfun ) -𝗢𝗢𝗖 (?) -𝗖𝗿𝗶𝗻𝗴𝗲 -𝗔𝗱𝗲𝗴𝗮𝗻 𝘀𝗮𝗱𝗶𝘀 -𝟭𝟯+ ( 𝟭𝟴+ ) -𝗦𝗹𝗼𝘄 𝗨𝗽𝗱𝗮𝘁𝗲 (?) -𝗦𝗶𝗯𝗹𝗶𝗻𝗴 𝗔𝗨 -𝗡𝗼𝗻-𝗽𝗼𝘄𝗲𝗿 𝗔𝗨 ────────────────── start : 13 Januari 2024 end : ? Cerita ini sedikit terinspirasi dari film luar negri :: 𝙏𝙃𝙀 𝙎𝘼𝘿𝙉𝙀𝙎𝙎 -Esya

"Rumah itu tidak selalu berbentuk bangunan. Rumah itu alasan untuk tinggal dan pulang." - · Just fanfic, ya. Tolong jangan anggap serius.

"Kata siapa beban jadi anak laki-laki cuma kerja dan cari uang? Lo juga harus tau kalo jadi anak sulung laki-laki dan menghidupi enam orang pemberontak adalah kiamat." Menjadi anak sulung yang dipaksa harus tegar dan dewasa, Halilintar sudah lebih dari cukup menelan segala mimpi dan emosi selama dua puluh tahun hidupnya. Suatu hari, kakek tercintanya telah tiada dan ia beritahu bahwa mengurus enam saudara pemberontak seorang diri sembari berduka bukanlah hal yang begitu mudah untuk dilakukan.