Mahija Nandi, seorang pemuda yang melarikan diri dari hiruk-pikuk dunia dan memilih berlindung di balik kehidupan spiritual dipaksa keluar dari kehidupan tenang yang selama ini ia jalani. Sebuah takdir aneh membawanya untuk bertemu kembali dengan orang yang membunuh ayahnya bertahun-tahun yang lalu dan kini mengincar saudara-saudaranya.

Aku tidak percaya tentang ramalan seseorang. Tapi, takdir punya rencana lain. Karena entah kenapa, seluruh kehidupanku berhubungan dengan ramalan yang berumur lebih dari 1000 tahun yang lalu. Seluruh garis dan jalan yang sudah kujalani lebih dari 20 tahun ini dan kehidupanku yang akan datang sudah tertulis dalam sebuah kertas lusuh ramalan Sang peramal legenda. Sebuah tugas besar sudah menungguku. Aku mengerti dan memahami jelas apa tugasku. Bahkan, tanpa kertas lusuh berumur 1000 tahun itu pun aku akan melakukan apa yang harus kulakukan. Tapi, bisakah aku melakukannya dengan caraku sendiri? Tanpa harus terikat dengan kertas lusuh itu?

Karena ini bukanlah legenda yang ditulis dengan tinta emas, melainkan dengan darah, airmata, dan cinta. Apa yang disandang oleh bahu mereka bisa membuat seluruh dunia membenci mereka. Bayangan hitam dari masa lalu yang terus menghantui bahkan dalam mimpi , tangan yang dilumuri darah ribuan jiwa tanpa dosa, kutukan yang haus akan darah, dan keberadaan diri yang seharusnya tak pernah ada. Tapi siapa yang tahu kabar apa yang akan dibawa oleh takdir esok hari? Karena ia tak ubahnya seperti 'angin' yang tak tentu arah, yang terus bertiup ke arah mana saja yang di suka. Bisa saja dia membawa 'badai' perubahan ke dalam jiwa seseorang, 'membakar' jiwa-jiwa rapuh yang teraniaya dan menguatkan 'sayap-sayap' mereka sehingga mereka bisa 'mengigit dan mencakar' dunia. Atau malah dia bisa berbalik 'membekukan' hati mereka dan mengurung mereka dalam 'kehampaan' tanpa akhir? Semua pilihan terdengar menarik baginya. Yah, siapa yang tahu 'kan? Bisa saja seorang pemburu di hari ini, pahlawan besar di esok hari.