cucutrexyyy
Di sebuah sudut kecil kota yang tak pernah benar-benar tidur, dentang logam dari sarung tinju yang membentur samsak terdengar nyaring, mengalahkan suara hujan yang mengguyur atap seng. Di dalam gym tua yang dindingnya dihiasi poster-poster petarung legendaris, seorang gadis muda berdiri tegak. Napasnya berat, pelipisnya berkeringat, tapi matanya... matanya tak pernah goyah.
Briana.
Namanya mungkin tak tercetak di koran, tak dielu-elukan dalam sorakan penonton, tapi semangatnya telah lama meninju lebih keras dari siapa pun. Ia bukan hanya bertarung di atas ring-ia bertarung melawan harapan yang diingkari orang tuanya, melawan prasangka bahwa perempuan tak seharusnya memar dan berdarah demi mimpi, melawan rasa takut dalam dirinya sendiri.
Dan setiap kali lonceng berbunyi, entah itu di latihan atau pertarungan nyata, Briana tahu satu hal:
selama napasnya masih ada, ia tidak akan menyerah.
Badai boleh datang, luka boleh menganga, tapi tekadnya adalah sesuatu yang tak bisa dihantam atau dihancurkan.
Karena baginya, ring bukan hanya tempat bertarung-itu adalah rumah. Dan di rumah, ia tak akan pernah mundur.