28mahesa
Teruntuk, Ibuku tersayang,
Ibu, aku sudah berjanji bahwa aku akan belajar dengan serius dan mulai mencari masa depan yang jelas. Demi Dewa, aku tidak pernah ingin mengingkari janji itu. Namun rasanya sulit untuk menjalani kehidupan sekolah yang normal saat aku sekelas dengan seseorang yang suka merakit bom di kolam milik kepala sekolahku, orang yang mendorongku dari atas menara 25 lantai, seseorang yang bisa melihat hantu dan berkata bahwa aku diikuti pengantin gentayangan, juga orang yang seenaknya mengganti namaku dan menyeretku ke dalam setiap masalahnya di sekolah ini.
Ibu, bagaimana kabar ibu? Ibu baik-baik saja di sana, kan? Ibu sibuk, tidak? Kalau Ibu ada waktu luang, tolong datangi mereka dan minta mereka berhenti menggangguku. Kalau Ibu berhasil membuat mereka setidaknya pingsan atau kesurupan, aku janji aku akan belajar menerima ayah dan keluarga barunya.
Oh, iya. Bu, karena kejadian di dermaga itu, aku masuk ke Faksi Ancient Grace!
Yah, entah aku harus senang atau malah menyesal karena masuk ke Faksi aneh itu. Yang jelasnya, Ibu tidak perlu khawatir. Aku baik-baik saja di sini. Akan aku usahakan untuk memenuhi janjiku pada Ibu. Jadi jangan sedih, oke?
Anakmu, Chandrika (sekarang teman sekelasku memanggilku Cendric) Ekawira.
...
Tentang Cendric, serta masa lalu yang belum sanggup ia tinggalkan, dan tentang Cendric serta masa depan yang belum sanggup ia jalani.
Kisah ini adalah tentang bagaimana Cendric belajar menerima hidup yang tidak sesuai ekspektasinya, tentang bagaimana Cendric belajar melawan badai yang selalu melandanya, dan tentang bagaimana Cendric belajar memahami air mata rembulan yang dititipkan padanya.