Manusia_Penulis
Han Zhiya hidup dalam dua dunia. Di depan publik, ia adalah penyanyi berbakat dengan lirik menyentuh dan performa penuh emosi. Tapi di balik layar, ia menjalankan tugas yang tak pernah dikenali oleh mata awam-seorang Hunter, pemburu iblis yang mengintai dalam gemerlap industri hiburan. Iblis-iblis itu tidak muncul dari kegelapan, melainkan dari tepuk tangan dan sorotan-mereka menyerap húnmén, inti gerbang jiwa manusia, melalui nyanyian, air mata, dan kekaguman.
Dan tidak ada yang lebih mematikan dari Li Xuanyin.
Xuanyin bukan sekadar idola. Ia adalah fenomena. Setiap kali ia menyanyi, jiwa-jiwa manusia terguncang. Tapi Zhiya melihat apa yang tak dilihat orang lain-bahwa Xuanyin bukan manusia, melainkan pengumpul húnmén yang tunduk pada perintah "Raja," entitas dari dunia lain. Zhiya ditugaskan untuk menghabisinya.
Namun, rencana tidak pernah sesederhana itu.
Xuanyin tidak menunjukkan taring. Ia tidak menyerang. Justru ia tampak... rapuh. Lelah. Terikat oleh kontrak yang bahkan ia sendiri tak sepenuhnya pahami. Jiwa-jiwa yang ia hisap mulai menampakkan dampaknya-pada hatinya sendiri.
Dan Zhiya, yang terbiasa memburu tanpa ragu, mulai merasakan keretakan dalam tekadnya. Bukan karena kelemahan. Tapi karena kedekatan. Karena Xuanyin perlahan menunjukkan sisi yang tak sesuai dengan citra iblis yang selama ini ia kenal.
Dalam perburuan di balik panggung, siapa yang lebih terluka: sang pemburu, atau sang yang diburu?
Di dunia tempat nyanyian bisa mencuri jiwa dan cinta bisa membelokkan takdir, Velvet Soul Hunt bukan hanya tentang memburu iblis. Ini tentang menghadapi apa yang tersisa dari kemanusiaan-di dalam musuh... dan dalam diri sendiri.