Hidup adalah benang-benang halus yang tak pernah kita sadari sedang dirajut oleh waktu. Begitu pula kisah Paul dan Schwen dua jiwa dari desa berbeda yang tumbuh tanpa saling mengenal, namun diam-diam telah diikat takdir sejak lama. Schwen, gadis ceria dari Desa Benta, pernah sekali menatap wajah seorang pria asing di pernikahan sepupunya. Wajah itu samar, tapi cukup meninggalkan jejak di hatinya. Pria itu adalah Paul, sosok sabar dari Desa Lumya, yang saat itu sama sekali tidak menyadari kehadiran Schwen. Bagi Paul, hari itu hanya perayaan sahabat. Bagi Schwen, hari itu menghadirkan kenangan singkat yang diam-diam tersimpan. Tahun berganti, mereka dipertemukan kembali bukan dalam pesta megah, melainkan lewat lingkar keluarga sederhana. Schwen terkejut saat tahu bahwa pria yang pernah ia lihat sekilas adalah sahabat dekat sepupunya sendiri. Paul, tanpa pernah tahu rahasia kecil itu, menyapa Schwen seolah baru pertama kali bertemu. Pertemuan mereka tampak biasa, tanpa percikan. Namun benang takdir mulai kembali dijalin. Dalam kebersamaan yang semakin sering, dalam percakapan yang perlahan membuka hati, mereka menemukan bahwa cinta kadang tak datang dengan gegap gempita, melainkan menyulam perlahan tanpa terasa. Apakah Paul akan sadar bahwa Schwen pernah mengingatnya sejak lama? Akankah Schwen membuka rahasia itu, atau membiarkan waktu yang mengungkapnya? Kisah ini bukan sekadar pertemuan, melainkan perjalanan. Dari asing menjadi dekat, dari sekadar nama menjadi harapan. "Saat Takdir Menyulam Cinta" adalah kisah sederhana yang perlahan berubah menjadi doa abadi.