"Kalo bangunan itu ternyata ada penunggunya gimana? Ini aku nanya serius, aku masih mikirin masa depan kita loh," kata Alif, nadanya seperti orang yang sedang mengajukan pertanyaan untuk rapat penting, bukan ekspedisi iseng. "Udah nyampe sini, percuma kamu ngomong gitu. Kita tau setelah kita periksa. Ayo," balas Alfian santai, lalu menepis-nepis ilalang dan mulai membuka jalan. Mereka menerobos masuk, daun-daun ilalang berdesir kasar menyapu lengan dan wajah. Begitu sampai di halaman, semua berhenti. Bangunan itu ternyata jauh lebih besar dari perkiraan. Tinggi, berlantai dua, dengan jendela-jendela tinggi yang seolah mengawasi mereka. Dindingnya tua, kelabu, dan bergaya seperti rumah bangsawan abad lalu, tepatnya, seperti rumah keluarga vampir yang berbaur diam-diam di tengah manusia. Setidaknya, begitu yang dilihat Galang, Alif, Alfian, Damar, dan Janu. Namun bagi Bagas dan Javier, pemandangannya sama sekali berbeda. "Lah? Cuma gubuk reyot?" celetuk Bagas, nada bicaranya polos. - Jaesalee, 2025 #2 nctlokal (10082025) #2 ooZ (10082025) #7 persahabatan (10082025) #1 hororkomedi (030925) #5 jeno (231025) #1 chenle (051225) #1 00ldream (051225)

Aku, tentang diriku dan kehidupanku sebagai gadis pinggir kota yang harus bahagia bersama lara pula duka yang bersatu dalam kesederhanaan.

"Ternyata capek ya ngurus himpunan." "Emang siapa yang bilang ngga capek?"

[SELESAI] Himpunan is where your home is. "Kirain rumahku bukan himpunan, tapi kamu." "Diam." (feat OT21)

"SURO DIRO JOYONINGRAT, LEBUR DENING PANGASTUTI" ~segala sifat keras hati, picik, dan angkara murka. akan hilang dengan kelembutan hati dan kesabaran...

sebelum tangis mendera ternyata ada banyak tawa menggema dalam setiap sudut ruang sederhana, bersama kasih dan cinta yang membalut setiap senyum nya. tujuh raga sebelum patah.

Kutujukan untuk raga yang menabur kasih, bersama jiwa yang gemar merengkuh perih. Untuk semua yang selalu siap mendekap erat kala diri kian hanyut didalam kelamnya lautan penyesalan tak berujung. •-•••••✿•••••-• A story by Caramell

"bagaimana jika pada akhirnya kita tidak akan pernah bertemu dengan bahagia?" "siapkah untuk terus bersahabat dengan luka?" "bait kita akan terus abadi untuk berdarah"

Bagaimana jadinya hubungan yang telah berakhir ini menjadi lebih mengikat satu sama lain? Jinan benci mengakuinya, bahwa ia tidak handal menerjemahkan bahasa perempuan. Ia benci mengakui bahwa-ia tak punya pengalaman apa pun dalam menjalani sebuah hubungan. Manusia yang menyukai hal-hal di luar batas, harus bertemu dengan seseorang yang hanya ingin hidup tenang. Bagaikan saling menodong tombak, yang cepat akan menang dan yang lambat akan mati. Seperti itulah taruhan yang Jinan buat untuk kisah cinta yang ia rengkuh dengan kedua tangannya. "Did you happen to know? I love the sky as much as I love you." Publish 2025, 13th April, Seperti Langit Merengkuh Awan by Tuan Kopi. All rights reserved

yang ada saja belum tentu dianggap,, apalagi aku yang hanya orang baru?