nasabeela
- Reads 12,475
- Votes 2,016
- Parts 31
Dalam lingkaran keluarga besar Kertanegara, nama Dewan Malaka Kertanegara berdiri paling tegak. Ia adalah putra tunggal dari garis utama, cucu pertama, sekaligus laki-laki yang sejak kecil ditanamkan nilai kehormatan, kesabaran, dan kewibawaan. Semua mata tertuju padanya-ia bukan sekadar penerus, melainkan simbol martabat keluarga. Malaka tumbuh dengan segala tuntutan untuk selalu tegak lurus, berwibawa, dan tak tergoyahkan.
Namun segalanya menjadi berbeda ketika hadir seorang perempuan yang datang membawa kekacauan manis dalam hidupnya. Calestine Darla Chandrawinata-sosok yang baginya bagaikan api dan badai. Anggun namun penuh kejutan, lembut sekaligus berani menantangnya dengan cara yang tak pernah ia bayangkan. Darla bukan perempuan yang bisa ditaklukkan dengan wibawa atau aturan. Justru tingkah lakunya sering kali membuat Malaka-yang dikenal sabar dan penuh kendali-menjadi gusar, frustasi, bahkan gila.
Bagi Malaka, menjaga garis keturunan adalah kewajiban. Namun bersama Darla, ia belajar bahwa hati tidak bisa diatur dengan logika apalagi garis darah. Di balik pertengkaran kecil, ejekan nakal, hingga sikap keras kepala Darla, ia menemukan sisi yang tak pernah ia lihat pada siapa pun: perempuan yang diam-diam menguasai hatinya.
Sedangkan bagi Darla, Malaka adalah teka-teki yang sulit ia pecahkan. Laki-laki itu tampak begitu sempurna, terlalu lurus, terlalu berat dengan beban tanggung jawab-namun di balik tatapannya, ada kelembutan yang hanya ia rasakan saat mereka berdua. Darla bimbang antara mengikuti gejolak hatinya atau menjaga jarak dari dunia Malaka yang penuh aturan.
Dalam pusaran antara kehormatan keluarga dan keinginan pribadi, keduanya harus memilih: tetap berdiri pada garis yang telah ditetapkan leluhur, atau berani menempuh jalan baru yang mungkin mengguncang segalanya.